Permainan Tradisional
Lanjutan dari Ulih-ulihan 1
Nasi bungkus daun jati telah dinanti di tengah hutan. Sapi-sapi masih larut dalam keasyikan di padang gembalaan. Anak-anak yang sedang lapar itu mengalihkan perhatian dengan berbagai permainan.
Seperti melakukan permainan gandring, dor-doran dan macam-mcam permainan khas mereka. Melupakan sejenak rasa lapar yang melilit perut. Tenggelam dalam keriangan di tengah hutan
Sang hulubalang datang pada tempat yang telah ditentukan. Biasanya di tanah yang cukup lapang yang nyaman untuk melakukan permainan sembari menanti sapi-sapi yang masih asyik merumput.
Sesampainya di tempat tersebut seluruh nasi dan sayuran dijadikan satu. Tidak ada perbedaan antara nasi ketela, nasi jagung ataupun nasi beras. Demikian juga sayuran dari berbagai model dicampur jadi satu.
Daun-daun jati dijajar sebagai piring besar untuk nasi tersebut. Dan sekumpulan gembala itu bagai singa lapar yang berdiri gagah di depan mangsa. Nasi serupa binatang lemah tak berdaya yang siap dimangsa.
Sebuah kesahajaan dan kebersamaan yang diajarkan oleh alam kepada anak-anak tersebut. Tak membedakan mana anak si kaya dan mana anak si papa. Seluruhnya bisa merasakan kenikmatan yang terhampar di hadapan mereka.
Begitu juga dengan rasa yang tidak dia suka mau tidak mau harus bersama dirasakan. Sebuah ajaran keteladanan dalam memaknai anugrah dari Tuhan. Sama rasa sama rata tanpa adanya keluhan.
Semua yang dinikmati secara bersama akan menjadi sebuah keindahan yang tak akan terlupakan. Mereka diajarkan bahwa kenikmatan tidak hanya bersumber dari bentuk dan rasa fisik. Akan tetapi bersumber dari hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar