Rabu, 06 Juni 2012

Mahkota Rama, Tentang Wahyu dan Perjalanan

Penulis Zamroni Allief Billah | Rabu, 06 Juni 2012 | 07.52.00 |
Arjuna tidakkah kau tahu bahwa pusaka yang kau kembalikan padaku ini bisa membunuhmu kelak? Sebab senjata tak punya mata sedang kita berada pada sisi yang berbeda. Bharatayuda kelak pertemukan kita sebagai musuh untuk saling membunuh. Keyakinan dan pengabdian telah meniti masing-masing jalan.

Mendengar ratapan Narpati Awangga, Arjuna hanya tersenyum. Bahwa hidup dan mati hanya meniti titi wanci. Sedang pengembaraan telah memberinya pelajaran untuk sumarah, pasrah.

Kurelakan seluruhku atas titah Dewata. Bahwa akan diambil kini atau nanti nyawaku hanya persoalan waktu. Akan tetapi pusaka milikmu harus kukembalikan lagi padamu. Tak peduli kelak senjata ini akan membunuhku atau menyempurnakanmu.

Sebab kepada Arjuna, Begawan Kesawasidhi telah mengajarkan tentang wahyu di Puncak Kutharunggu. Bahwa alam adalah guru yang memberi tuntunan. Delapan ajaran telah menjadikan Arjuna menjadi wujud dari wahyu itu sendiri. Mengajarkan kepasrahan, mencecap luasnya samudera kesadaran. Bahwa seluruh indera hanyalah penghantar logika. Sebab Hastabrata telah menutup lengkapkan panca indera. Tutuplah kelima indera dunia dan biarkan delapan Brata merasuk dan menjadikanmu Arjuna. Lalu mengantarkanmu menjadi Wibisana dan kelak alam akan berkata; kaulah Sang Rama. Dengan atau tanpa mahkota sekalipun kau layak menjadi raja.

Ke delapan Brata terangkum dalam watak semesta. Maka tutuplah mata cukup rasakan kehadirannya. Jadilah kau murid, bersimpuh di hadapan sang Guru. Maka semesta akan ajarkan kearifan.

Pertama Pratiwi; Bumi tak pernah keluhkan kenistaan apa yang selalu kau buat di atasnya. Gagah perkasa tanpa beban membiarkanmu dengan pilihan. Merusak atau menjadikanmu sadar bahwa kaulah sang Khalifah.

Kedua Surya; Matahari tak pernah membedakanmu. Baginya kau, hewan serta makhluk lainnya sama adanya. Hanya hamba yang menjalankan masing-masing titah di muka bumi. Terang sinarnya serta panas sengat'nya tak lebih hanya menjalankan perintah semata.

Ketiga Candra; Rembulan terangkan kegelapan. Mampukah kau menerangi dirimu sedang lampu telah lebih dulu kau padamkan? Nyalakan api cintamu dan bakarlah malam maka kaulah rembulan itu. Lalu berilah cahaya pada alam yang semakin kelam.

Selanjutnya Samirana; Udara sangat lembut dan mampu menelusup hingga ke ruang tergelap duniamu. Lalu gelap terang manakah yang telah menjadikanmu mengkotak-kotak semesta. Sedang hitam dan putih hanyalah penanda gelap dan terang semata.

Kelima Jaladri; samudera sebegitu luas menampung ombak, karang dan seluruh pengidupan serta rasa. Kalau hanya asin yang mampu kau bawa lalu kemana bangkai-bangkai yang mengambang di samudera?. Segala yang baik dan buruk terangkum di sana. Bila segelas yang mampu kau suguhkan itu bukan samudera namanya. Tetapi air asin tanpa ombak tanpa riak.

Keenamnya Tirta; Air adalah sumber kehidupan semesta. Meresap dalam ke pori-pori bumi lalu menghambur keluar memberikan penghidupan. Tirta manakah yang hanya menjadi petaka belaka?. Sudah bukan lagi tirta ketika menghanyut leburkan segala kehidupan. Banjir, melarutkan segala keruh, bersihkan segala rusuh.

Ketujuh Kartika; Bintang kerjap di langit bumi. Kerlipnya menghantar damai pada semesta. Dialah sang indah yang memandangnya saja membuat kita bahagia. Bersamanya adalah kesederhanaan dan tanpa beban. Jadilah bintang, namun berdamailah dulu dengan hatimu.

Delapan pungkasan Dahana; Api membakar segala tanpa beda. Adalah semangat yang menjadi kekuatan dan sumber perubahan. Adalah keadilan yang membakar tanpa menghanguskan. Lalu api-mu, telah mampukah membakar semesta?

Arjuna dan Basukarna Berpelukan. Mengahanyutkan masing-masing gelisah dalam samudera rasa. Cinta telah menuntun keduanya pada bisikan semesta.

Tidak ada komentar:

 

Permainan Tradisional


Permainan Lainnya »

Kembang Boreh


Kembang Lainnya»

Laesan


Laesan Lagi»
..

Misteri

Dolanan

Tradisi

Gurit

Kembang ~ Mayang

Puisi

Cer ~ Kak

Laesan

Gambar Misteri

Artikel Disarankan Teman