Lorodan, Permainan Tradisional
Naiklah menuju puncak dan turunlah dengan senyuman. Sebuah nilai yang berusaha ditanamkan dalam permainan ini. Menggapai puncak tertinggi sebuah pencapaian hidup. Namun tak pernah ratapi jika grafik hidup harus turun hingga titik terbawah sekalipun.
'Himmah Aliyah' atau cita-cita luhur tentang sepuah pencapaian harus senantiasa dipegang teguh. Pencapaian yang bersifat dunia maupun pencapaian spiritual pada proses perjalanannya bisa dikatakan sama. Memerlukan ketekunan dan kesabaran ekstra dalam memperolehnya.
Sebatas kewajiban manusia tak lebih adalah sekuat tenaga menggapai apa yang dia citakan. Hasil akhir tentang seberapa tinggi dia mampu meniti adalah murni kekuasaan Tuhan semata. Oleh karenanya tidaklah ada kesombongan ketika mencapai puncak pencapaian. Kerna kesadaran hati bahwa segalanya Tuhan yang telah memberi anugerah. Tak ada sesal ratapan manakala harus turun di titik terbawah. Karena tak pernah lupa bahwa semua adalah perputaran roda taqdir dan ketetapanNya.
Permainan anak-anak ini secara implisit juga mengatakan demikian. Memanfaatkan pelepah kelapa yang telah kering. Bisa mengambil langsung di pohon atau mencari yang telah jatuh di bumi. Dipotong sepanjang satu hingga satu setengah meter sesuai selera. Sisa yang panjang yang banyak ditumbuhi daun kelapa dibawa pulang untuk kayu bakar.
Bagian dudukan diratakan sedikit dengan parang agar tidak sakit saat duduk dan berseluncur. Mencari perengan di tegalan yang telah disepakati lalu satu persatu bergantian turun meluncur dengan blukang, pelepah kelapa tersebut.
Bukan siapa tercepat karena permainan seluncur ini bukan perlombaan. Walau sesekali ada adu cepat namun jarang sekali dimainkan dengan pola ini. Penonton dan pemain, pemandangan ini yang lebih nampak ada. Bila yang lain sedang berseluncur maka sebagian yang lain sebagai penonton. Seberapa mulus pelepah tersebut mampu lakukan pendaratan.
image:deviantart
Tidak ada komentar:
Posting Komentar