Rabu, 23 Mei 2012

Sulang, Ancaman Kekuasaan Rembang

Penulis Zamroni Allief Billah | Rabu, 23 Mei 2012 | 11.21.00 | Location:Sulang, Indonesia
Konon; Kisah Tutur, mengenang sang pejuang

Sebuah pemerintahan selalu diiringkan dengan pro dan kontra atas kebijakan. Keadilan manakah di dunia ini yang bisa meliputkan kepuasan terhadap rasa adil itu sendiri secara menyeluruh. Idealisme benar-benar dipertaruhkan dan perjuangan mesti ditegakkan. Jiwa Pande Soe Lang atau oleh para pengikutnya disebut Ki Ageng Sulang merasa terpanggil untuk melakukan pembebasan. Sudah saatnya negara berdiri di atas kaki sendiri, bukan dibawah tekanan para penjajah.

Rembang dipimpin oleh Bupati Seda laut. Kebijakannya yang pro dengan Belanda memancing perpecahan di antara masyarakat. Ki Ageng Sulang salah satu di antara sekian banyak rakyat yang tidak sepakat atas keberpihakan Seda Laut kepada Belanda.

Namun menghadapi Seda Laut dengan dukungan Belanda bukanlah hal mudah. Kekuasaan dan kehebatan Seda Laut telah diakui melalui penumpasan-penumpasannya terhadap pejuang-pejuang yang mereka anggap sebagai Brandhal. Karena telah berusaha merongrong kekuasaannya sebagai bupati.

Dengan keahliannya sebagai seorang pandai besi, Ki Sulang telah memiliki banyak pengikut. Karena dia sendiri memiliki kepentingan untuk membebaskan Rembang dari kekuasaan Belanda, Ki Sulang juga mengajarkan olah kanuragan terhadap para pengikutnya. Kehebatan dan kepandaian Ki Sulang telah menggiring warga dengan perlahan.

Melatih penduduk dengan olah kanuragan agar suatu saat akan berjuang bersamanya untuk merebut Rembang.Namun usaha yang dilakukan oleh Pande Sulang telah diketahui oleh Bupati Seda Laut. Salah seorang muridnya telah berhianat dan melaporkannya kepada sang bupati demi sekeping hadiah. Akhirnya diam-diam Seda Laut mengirimkan utusan untuk memastikan laporan tersebut. Padepokan di tengah hutan selatan kota Rembang kini dalam pengawasan.

Akhirnya diputuskan untuk mengirimkan utusan resmi dari kabupaten untuk memperingatkan Pande Sulang agar tidak meneruskan kegiatan yang dilakukannya. Namun pande Sulang bergeming, tak peduli dengan peringatan Seda Laut.

"Tidak ada salahnya penduduk menguasai ilmu bela diri. Bila ada perampok yang hendak merusak kedamaian desa ini siapakah yang akan membela. Kalian pulang saja dan sampaikan salam saya pada Seda Laut. Bukan Pande Sulang tidak patuh tapi saya juga punya kewajiban untuk menularkan ilmu kepada masyarakat," kilah Pande Sulang pada utusan tersebut.

Sadar bahwa apa yang dikatakannya akan memancing kemarahan Seda laut, pande Sulang setelah kedatangan utusan itu memerintahkan kepada pengikutnya untuk siaga. Bahwa tanah yang dia miliki harus diperjuangkan dengan darah. Tidak patut siapapun melarang warga untuk hidup damai di tanah kelahirannya sendiri. "Apalagi kalian adalah orang-orang hebat, jangan sampai dianggap remeh oleh antek belanda. Mereka ingin menindas kita penduduk pribumi. Kita harus bangkit dan berjuang membela nyawa dan keluarga kita," Pande Sulang berhasil membangkitkan semangat penduduk untuk berjuang. Di bawah komando pande Solang para penduduk penuh semangat menanti kedatangan prajurit dari Rembang.

Beberapa hari berselang, setelah utusan itu datang memberi peringatan dan Pande Sulang tidak mengindahkan perintahnya, Seda Laut mengirikmkan bala tentara untuk menggempur Pande Sulang bersama para pengikutnya. Ratusan prajurit dikirmkan untuk menumpas Pande Solang dibawah komando pangeran Bitingan dan Ki Ageng Pamot, keduanya adik Seda laut. Peperangan tak terhindarkan dan korban berjatuhan dari kedua belah pihak. Namun karena Pande Sulang dan para pengikutnya telah siap menjemput pasukan Seda laut, Pasukan Pande sulang lebih unggul.

Jebakan yang telah dibuat berhasil membunuh separo lebih pasukan Seda laut. Separo pasukan yang selamat dari jebakan akhirnya berhadapan langsung dengan pasukan Pande Sulang. Namun mental pasukan Seda Laut telah lebih dahulu kalah melihat separo prajurit lainnya telah gugur oleh jebakan Pande Solang. Akhirnya pande Solang berhasil mengalahkan pasukan yang dikirim Seda Laut. Pangeran Bitingan dan Ki Ageng Pamot telah kalah.

Saat Pande Solang riuh dalam kemenangan, pesta malam itu tidak berlangsung lama. Karena setelah kekalahan pasukannya Seda Laut mengirimkan Demang Waru, anak angklatnya untuk menggempur pasukan Pande Solang.

"Jangan sampai Pande Solang dan begundalnya membuat brandhal-brandhal yang lain meremehkan Rembang. Pimpin pasukan ini dan pulanglah ke Rembang dengan kemenangan. Jangan kecewakan Romo. Berangkatlah anakku, restuku bersamamu," perintah Seda Laut pada Demang Waru.

Saat mereka masih lena dalam kemenangan, mendapatkan serangan mendadak dari Rembang membuat pasukan Pande Solang kocar-kacir. Demang Waru berhasil membunuh Pande Sulang setelah duel kesaktian cukup lama. Kelelahan setelah perang melawan Pangeran Bitingan membuat Pande Sulang terkuras tenaganya. Seda laut telah menumpas satu brandhal namun dia telah melekat sebagai seorang guru bijaksana dan seorang pejuang di mata para pengikutnya. (Zam)

3 komentar:

Anonim mengatakan...

ceritane apik. tp sayange kalah.

Zamroni Allief Billah mengatakan...

Biasanya begitu ya.....
lakone kalah

Info Pertanian Dan Peternakan mengatakan...

info yang sangat bagus sekali, terima kasih info sejarahnya

 

Permainan Tradisional


Permainan Lainnya »

Kembang Boreh


Kembang Lainnya»

Laesan


Laesan Lagi»
..

Misteri

Dolanan

Tradisi

Gurit

Kembang ~ Mayang

Puisi

Cer ~ Kak

Laesan

Gambar Misteri

Artikel Disarankan Teman