Kamis, 08 Desember 2011

Tradisi 'Ngalungi'

Penulis Zamroni Allief Billah | Kamis, 08 Desember 2011 | 11.16.00 | Location:Bitingan, Sale, Indonesia
Ngalungi, Lebaran Sapi

Lebaran tidak hanya milik manusia. Binatang piaraanpun memiliki hari besar. Ngalungi adalah hari besar milik kerbau dan sapi. Kedua hewan ini menjadi hewan penolong para petani dalam menyelesaikan berbagai tugasnya dalam mengolah sawah.

Mbah Pranoto (70) sesepuh yang tinggal di Desa Tengger Kecamatan Sale ini mengungkapkan budaya ngalungi atau pahingan ini menjadi kegiatan rutin para petani. Ngalungi kata ia rutin dilakukan setiap tahunnya oleh para petani dalam rangka memberikan rasa bahagia kepada raja kaya (hewan piaraan).

Untuk ngalungi sapi sebagaimana kebiasaan yang sudah berjalkan selama ini, dilaknsakan pada awal bulan Suro yang jatuh pada Jumat Pahing. Akan tetapi kata pranoto khusus untuk kerbau, pahingan dilakukan pada hari berbeda.

"Kerbau dilakukan pahingan pada hari Rabu Pahing pada bulan Suro," katanya. Hal ini dilaksanakan  untuk memohon keselamatan kepada yang maha kuasa. Tuhan sebagai penguasa jagad raya ini memiliki wakil-wakil yang diberi tugas untuk menjaga bumi.

Untuk sapi dan kerbau menurut Pranoto para petani memohon keselamatan melalui Nabi Sulaiman yang menguasai seluruh binatang. Tetapi yang bertugas menggembala hewan adalah Dadungawuk Paladipa. Namun seuruhnya ada dalam kekuasaan Tuhan. Jadi tetap saja kita semua dalam menjalankan tradisi ini memohon keselamatan terhadap Tuhan.

Mengenai ritual ngalungi sebagaimana yang diwariskan turun temurun dari leluhur warga desa di sekitar Gunung Butak memiliki ritual khusus. Ritual tersebut adalah 'Nglengani' dan 'Ngambusi'. Nglengani adalah ritual membalurkan minyak kelapa mulai dari kepala lalu diurut kepunggung sang sapi. Setelah itu dibalurkan ke lambung kanan dilanjutkan lambung kiri dan berakhir di ekor. Sedang ke empat kakinya merupakan ritual tambahan yang boleh dilakukan dan boleh ditinggalkan.

Setelah ritual nglengani acara inti dari Ngalungi adalah ngambusi. Ngambusi dimulakan dari persiapan awal seikat ketupat dan lepet dijadikan satu lengkap dengan sayur yang diletakkan dalam wadah plastik. Kesemuanya dibawa ke hadapan sapi lalu diciumkan dan dibawa urut ke punggung, lambung hingga bagian belakang sapi. Seolah sapi memakan ketupat dan lepet serta sayur tersebut hingga mengeluarkannya sebagai kotoran.

Hal ini dilakukan kepada seluruh sapi yang dimilikinya satu persatu. Setelah semua selesai baru setiap seekor sapi mendapatkan bagian memakan satu buah ketupat tersebut

1 komentar:

Suhadi Rembang mengatakan...

inilah tulisan yang memiliki karakter kuat. mas zamroni, saya setuju, bahwa masyarakat rembang (tegaldowo) itu memiliki etika lingkungan yang mapan. tulisan ini juga menjadi penegas bahwa masyarakat rembang memiliki ragam kekayaan cara pandang dalam mendedahkan bahwa kita (masyarakat rembang) adalah masyarakat pemulia ternak.
Salam Ngalungi

 

Permainan Tradisional


Permainan Lainnya »

Kembang Boreh


Kembang Lainnya»

Laesan


Laesan Lagi»
..

Misteri

Dolanan

Tradisi

Gurit

Kembang ~ Mayang

Puisi

Cer ~ Kak

Laesan

Gambar Misteri

Artikel Disarankan Teman