Kamis, 08 Desember 2011

Misteri Rembang-Cemeti Misteri

Penulis Zamroni Allief Billah | Kamis, 08 Desember 2011 | 12.38.00 | Location:Sedan, Indonesia
Misteri Rembang-Cemeti Misteri

Hampir seminggu Gatot terbaring di tempat tidur. Sakit yang dideritanya sangat tidak lazim. Karena bila malam tiba pemuda ini sehat seperti tidak merasakan apapun. Banyak cara telah dilakukan untuk mengobatkan penyakitnya yang tergolong aneh.

Beberapa orang pandai telah didatangkan namun tak pernah mendapatkan hasil. Ritual dengan cara yang biasa, puasa mutih hingga ritual kungkum di tengah telaga pada malam haripun telah dia lakoni. Alih – alih ingin segera mendapatkan kesembuhan, mengikuti saran orang pintar namun tubuhnya semakin tidak berdaya. Tenaganya semakin hari seolah semakin terkuras.

Puncaknya pada hari ke sembilan. Senja menjelang Maghrib, saat kekuatan fisiknya mulai dirasa berangsur kembali, Gatot bersusah payah hendak keluar kamar. Seharian di kamar membuatnya semakin suntuk. Namun saat tangannya hendak meranggeh gagang pintu, sebuah suara menggelegar mengagetkannya. “Sekeras petir, yang sebelumnya ada sinar putih menyambar muka saya. Setelah itu saya sudah tidak ingat apa-apa lagi,” kenangnya.

Begitu tersadar Gatot sudah berada di depan regol (Gerbang). Bertahtakan emas namun yang aneh dari bangunan didepannya tersebut adalah bentuknya yang menyerupai kepala naga. “Lengkap dengan gigi dan lidah naga. Matanya menyala merah seperti berlian merah yang memancarkan sinar. Jadi ketika memasuki pintu gerbang seperti masuk ke mulut naga,” katanya.

Baru mengagumi keindahan sentuhan seni pahat di regol tersebut, sebuah cemeti menyambar tubuhnya diiringi suara petir menggelegar. Namun anehnya kali ini Gatot tidak merasakan sakit hanya suara petir yang sedikit mengagetkannya. Seorang berbadan gempal, tinggi besar berdiri di depannya. Matanya melotot tulang pipinya melintang semakin memperkuat kesan keras perwatakan lelaki di depannya. “Masuk! Kanjeng Ratu sudah menunggumu,” ucap lelaki itu.

Tanpa menunggu jawaban Gatot, lelaki itu langsung menyeretnya memasuki regol naga tersebut. Pemuda cungkring ini semakin tak mengerti dengan yang dia alami. Hatinya bergejolak bertanya dimanakah dia kini dan Ratu siapa yang dimaksdukan lelaki di sebelahnya itu.

Belum juga terjawab pertanyaannya, keheranannya semakin bertambah saat memasuki lorong menuju tempat Ratu. Langit-langit ruang melengkung dengan tulangan berwarna putih menyerupai tulang. Kesan bahwa dia berada di dalam tubuh naga semakin terasa karenanya. Namun bau harum menyeruak memenuhi tiap jengkal lorong yang dia lewati. Wangi melati sangat kuat antara lukisan laut yang terpampang di dinding bangunan yang mereka susuri.

Di ujung lorong, ruangan yang sangat luas macam paseban. Tak ada seorangpun di sana kecuali seorang perempuan cantik duduk di atas singgasana. Ukiran  kepala naga menghiasi kedua tangan kursi yang diduduki perempuan itu. “Cah Bagus.. maafkan aku yang memaksamu datang ke tempatku ini. Kau kuhadirkan di sini adalah sebab satu persoalan yang mesti terselesaikan,” ucap perempuan itu.

Gatot lupa bahwa dia sedang tidak berada pada alam manusia. Enteng saja dia menimpali perkataan Ratu. “Persoalan apakah Nyai, sehingga engkau mendatangkan aku ke sini. Sekiranya mampu pasti kubantu. Namun bila aku tidak mampu, mohon dimaafkan,” ucap gatot tegas.

“Kau pasti bisa membantu. Demi kejayaan keratonku ini, aku berharap kau tidak menolak untuk menerimaku sebagai ratumu. Tinggallah di sini untuk selamanya bersamaku.”

“Tidak Nyai! Tidak bisa karena alam kita berbeda. Maafkan aku sebab tidak bisa mengabulkan permintaanmu,” tolak Gatot tegas.

“Kalau kau mampu menerima cambuk Naga ini sebanyak tujuh kali, maka pergilah dan kunyatakan diri tunduk di bawahmu. Aku dan seluruh keraton ini tidak akan mengganggumu dan keturunanmu,” tanpa menunggu persetujuan Gatot, Ratu langsung mengambil cambuk yang dibawa pengawalnya.

Tuju kali cambukan, tujuh suara menggelegar membangkitkan Gatot dari kamar kecil berukuran 2 X 3 M. Rumah dinas Guru di SDN Sambiroto kecamatan Sedan Kabupaten Rembang. Bekas merah masih terlihat di tubuhnya sesaat setelah dia tersadar dan mengingat yang baru saja terjadi atas ditrinya. Namun setelah kejadian itu, Gatot kembali sehat seperti sedia kala. (Zam)

Tidak ada komentar:

 

Permainan Tradisional


Permainan Lainnya »

Kembang Boreh


Kembang Lainnya»

Laesan


Laesan Lagi»
..

Misteri

Dolanan

Tradisi

Gurit

Kembang ~ Mayang

Puisi

Cer ~ Kak

Laesan

Gambar Misteri

Artikel Disarankan Teman