Sabtu, 28 Juli 2012

Empat Kiblat Agungkan Ibu

Penulis Zamroni Allief Billah | Sabtu, 28 Juli 2012 | 14.10.00 |

Bagi sebagian orang jawa yang masih berpegang teguh pada ajaran leluhurnya pastilah tidak akan meninggalkan untuk selalu menyebut saudara terdekatnya. Saudara-saudaranya tersebut telah berada pada jagatnya masing-masing. Mereka lazim disebut 'sedulur papat lima pancer', yang beriringan dalam kelahirannya dengan seorang anak manusia.

Mbah Gadhung, salah seorang penganut kejawen mengatakan bahwa keempat saudara itu harus senantiasa disebut. Karena mereka akan selalu mengiringkan manusia dalam segala aktivitasnya.

"Apabila kita selalu menyebutnya dalam suka maupun duka maka ketika dalam kesulitan pasti mereka akan datang memberikan bantuan. Namun sebaliknya bila kita melupakannya, mereka pun akan pergi menjauh," terangnya.

Keempat sedulur itu, kata Mbah Gadhung juga lazim disebut Kiblat Papat karena keempatnya menempati empat penjuru. Kakang kawah sebagai yang tertua yang keluar sebelum bayi lahir, kata Mbah Gadhung berada di timur. Sedangkan Adhi Ari-ari, keluar setelah bayi lahir memiliki tempat di barat. Getih atau darah yang keluar sewaktu melahirkan berada di jagat Selatan.

"Sedulur ke empat, Puser atau tali pusar bayi menempati jagat utara. Sedang yang kelima Pancer atau 'Bleger' adalah wujud jasmani kita sebagai seorang anak manusia berada di tengah," ungkap Mbah Gadhung.

Namun Ki Kesuma, tokoh lain, memiliki pandangan khusus kenapa ke empat saudara itu harus senantiasa disebut. Bukan soal mereka datang dan memberi pertolongan akan tetapi lebih kepada mengingat perjuangan dan jasa seorang ibu.

"Selain Sedulur Papat Kalima Pancer masih ada yang lain yang disebut Mar dan Marti. Kesemuanya hanya sebuah jembatan untuk membawa kita kepada sebuah ingatan bahwa perjuangan seorang ibu amatlah berat ketika hendak melahirkan kita," terangnya.

"Oleh karenanya kita layak untuk selalu menyebut saudara kita yang menempati jagatnya masing-masing. Tentu dengan senantiasa berada dalam titik puncak kesadaran bahwa keempat saudara itu tidak beda dengan kita. Sama-sama diciptakan untuk manembah kepada Allah," imbuhnya.

Bila demikian, lanjut Ki Kesuma, dalam rangka manembahnya seorang anak manusia, harus mampu menunjukkan baktinya kepada seorang ibu. "Di sinilah titik baliknya, berbakti kepada sang ibu," tandasnya.

Tidak ada komentar:

 

Permainan Tradisional


Permainan Lainnya »

Kembang Boreh


Kembang Lainnya»

Laesan


Laesan Lagi»
..

Misteri

Dolanan

Tradisi

Gurit

Kembang ~ Mayang

Puisi

Cer ~ Kak

Laesan

Gambar Misteri

Artikel Disarankan Teman