Jumat, 16 Desember 2011

Desaku Tambangmu

Penulis Zamroni Allief Billah | Jumat, 16 Desember 2011 | 11.04.00 | Location:Tegaldowo, Gunem, Indonesia
Bos Citro, Tambang Kopi Yu Marti



Di hamparan tegalan yang kini berdiri sebuah besi bising ini, aku dulu biasa menggembalakan sapi. Sesekali ngarit dan bersama kawan sepermainan nyolong nangka, pisang juga pepaya. Kini tinggal hamparan tandus yang telah dibeli oleh bos besar dari Surabaya. Paling tidak inilah yang aku dengar dan tersebar di desaku.

Pepohonan telah banyak ditebang demi memuluskan jalanan tambang.  “Semua ini demi kemajuan dan kemakmuran desa. Kita harus berfikir terbuka jangan seperti kang Jono yang mogolnya selangit. Sok-sokan nggak mau jual tanahnya,” kata Mbah Citro yang kini menjadi orang kepercayaan perusahaan tambang Budak Arta atau sering kami dengar disingkat dengan BA.

Perusahaan memang hebat. Memilih Mbah Citro adalah pilihan hebat karena beliau adalah orang yang cukup disegani di desa ini. Seorang sesepuh desa yang memiliki cukup pengaruh hampir seluruh anak muda. Karena dia seorang yang loman. Suka membelikan rokok makanan dan yang sering minum bersama di rumahnya. Benar-benar orang yang royal.

“Minum hanya sebagai caraku mempererat persahabatan. Biar tidak ada jarak antara yang muda dan tua,” kata Mbah Citro. Memang benar. Hal itu dibuktikan Mbah Citro sebagai seorang dermawan yang membantu sebagian besar pembangunan masjid di desanya. Pembangunan yang lama mangkrak itu menjadi begitu cepat selesai atas prakarsanya. Molen milik perusahaan dibawanya ke masjid untuk mempermudah dan mempercepat pekerja masjid dalam mengaduk bahan bangunan. Benar-benar orang tua sempurna. Bisa ngumpuli peminum dan bisa ngombyongi kaum santri. Kanan dan kiri semuanya dia tundukkan.

Saat Mbah Citro semakin banyak uang, dia semakin menjadi orang yang begitu disukai banyak orang. Bahkan Yu Marti pemilik warung kopi ini sangat merasa berhutang budi padanya.  Sasi, anak yu Marti yang telah lama tidak mendapatkan kasih sayang seorang bapak, seolah kini miliki bapak baru. Seluruh biaya sekolah juga uang saku semua ditanggung  mbah Citro.

Bahkan lelaki ini akhirnya menyekolahkan Sasi  ke AKPER di luar kota. “Membayangkan saja tak berani bagi orang sini. Namun apa yang tidak bisa bagi bos Citro,” begitu ucap yu Marti kepada setiap penikmat kopinya.

Akhirnya Sasi menjadi anak tiri bos Citro. Istrinya yang telah memberi anak dan beberapa cucu terpaksa dia tinggalkan demi mbelani janda yang menyekolahkan anak ini. Seorang janda yang patut disayangi dan dikasihani. Janda cantik yang perlu diselamatkan dari godaan penikmat kopi.

Setelah menikahi yu Marti dan menceraikan istrinya, Bos Citro mulai kehilangan pamor khususnya dari kaum masjid. Namun pengaruhnya bagi pemuda lain yang biasa minum dengannya tak pernah surut. Sebab mereka tahu isi dapur bos Citro. Lelaki ini masih perlu dilayani oleh seorang perempuan. Sedang Mbah Citro putri sudah tak mampu lagi memberikan pelayanan yang memadai. Perempuan yang beranjak tua itu sering sakit-sakitan entah memikirkan apa. Segerombolan remaja itu tak perlu tahu. Mereka hanya tahu bahwa mbah putri sudah tidak layak mendampingi lelaki perkasa dan berkuasa macam Bos Citro.

Pada suatu malam bos Citro dan sekumpulan pemuda itu punya rencana. Tidak ada yang tahu apa maksud dan tujuan Bos Citro semua manut pada intruksi. “Beres semuanya, sekarang sebagai hadiah keberhasilan kalian mari malam ini kutraktir kalian ke Cafe Mama,” tanpa menunggu lama mereka semua lantas berpesta di Mama Cafe yang berada tak jauh dari desa Tegaldowo.

Desa Timbangan, dulu terkenal sebagai desa santri. Banyak tokoh agama di sana. Kini desa itu telah merdeka. Santri dan kafe hidup bersama berdampingan tanpa sebuah konflik. Kalau terkadang ada yang kehilangan ayam, bebek adalah hal yang wajar. Karena barangkali yang sudah ketagihan di Mama sedang tidak punya uang dan kepepet. Sebuah resiko yang harus diterima dan wajar adanya. Namun desanya menjadi terkenal dan banyak dikunjungi pejabat juga terkadang aparat entah untuk apa.

Keesokan harinya masjid gempar. Para pekerja yang hendaka melanjutkan pekerjaan di masjid kebingungan mencari mesin diesel pinjaman dari bos Citro. Seperti biasa setiap menjelang siang bos Citro memantau pengerjaan masjid yang dia bantu danai. Tak lupa membawa beberap bungkus rokok dan makanan ringan.

“Aku sudah dengar dari warga, katanya mesin diesel untuk molen hilang. Tidak usah difikirkan nanti aku yang menggantinya. Namun lain kali harus berhati-hati menjaganya agar kejadian semacam ini tak terulang,” Bos Citro kembali menjadi pahlawan. Jamaah tidak ada lagi yang berani ngrasani bahwa lelaki ini telah serong. Meninggalkan istrinya dan menikahi janda penjual kopi, yu Marti. Semua sesuai rencana Bos Citro lelaki hebat yang mencuri dieselnya sendiri. “Ini pulitik,” bisiknya malam itu padaku

Desa Tegaldowo yang dulu hanya satu dua yang memiliki motor kini telah merata yang punya truk. Mereka menjual tegalan lahan pertanian untuk membeli truk dengan membayar cicilan di bank tiap bulan. Mereka berharap bisa menjadi kaya dengan miliki armada untuk mengangkut batu nantinya.

Untuk saat ini hanya beberapa saja truknya yang kebagian order untuk mengangkut bebatuan dari tegalan yang dulunya milik mereka. Selebihnya menjadikan truk tersebut sebagai angkutan dan sebagian lainnya disita kembali oleh bank karena tidak mampu membayar cicilan. Mereka yang dekat dengan Mbah Citro akan mendapatkan kemudahan dan DO dari perusahaan.

Namaku Bambang Gunawan, lahir dan dibesarkan di desa ini. Keponakan Mbah Citro dan sedikit kecipratan kopi sesekali di warung yu Marti yang kini telah menjadi rumah makan yang luas dan nyaman.

Rembang, Jumat Pon 16 Desdember 2011

Tidak ada komentar:

 

Permainan Tradisional


Permainan Lainnya »

Kembang Boreh


Kembang Lainnya»

Laesan


Laesan Lagi»
..

Misteri

Dolanan

Tradisi

Gurit

Kembang ~ Mayang

Puisi

Cer ~ Kak

Laesan

Gambar Misteri

Artikel Disarankan Teman