Hujan Es yang terjadi di sejumlah wilayah Kecamatan Sale pukul 14.14 pada Kamis (21/06) memunculkan beragam penafsiran. Ada yang menganggap sebagai kejadian biasa namun sebagian lainnya menganggap bahwa hujan es tersebut adalah sasmita atau pertanda alam.
Pranoto (73) salah seorang sesepuh asli Tengger mengatakan bahwa hujan es adalah pertanda alam. Diawali dengan gerhana bulan yang terjadi beberapa pekan lalu. Alam telah memberi pertanda sehingga manusia harus waspada.
"Gerhana bulan baru sekali-kalinya sepanjang hidup saya growok (mulai tertutup gelap) dari bagian selatan bulan. Biasanya dari sebelah atas bulan baru ke bawah. Hingga tertutup keseluruhan bentuk bulan. Ini erat kaitannya dengan sasmita alam yang terjadi siang ini di Sale. Hujan es artinya 'Sapa sing Salah Seleh', yakni barang siapa yang salah akan memetik buahnya. Pertanda alam bahwa kebenaran akan menunjukkan kekuatannya," terangnya.
Lelaki sepuh yang juga pelatih karawitan ini berpesan agar rakyat kecil tidak larut dalam kesedihan. Bahwa Tuhan telah memberikan pertanda melalui alam semesta. Para penguasa dan orang-orang yang lalim akan menuai hasil perbuatannya. Kesalahan yang selama ini rapat ditutup akan terkuak oleh kekuatan kebenaran. Kekuatan kebenaran tersebut, katanya adalah kekuatan Tuhan.
"Kita akan buktikan kebenaran pertanda yang telah diberikan Tuhan. Berdoa saja semoga Tuhan selalu melindungi kita dan alam ini dari tangan jahil kekuasaan. Tiidak ada yang lebih berkuasa kecuali Tuhan," tandasnya.
Berbeda halnya dengan Jeany, seorang gadis asal Sale. Perempuan ini justru menikmati hujan es tersebut sebagai sebuah pemandangan yang mengasyikkan. Pasalnya dia belum pernah mengalami kejadian seperti ini.
"Membayangkan turunnya salju. Percikan es yang menimpa genting seperti tetabuhan alam. Berpadu dengan deru hujan yang turun seperti sebuah irama yang syahdu mengasyikkan," katanya.
Perihal pertanda alam apa yang muncul di balik hujan es, gadis ini hanya tersenyum saja. Dia mengira bahwa hujan es maupun kejadian lain adalah sebuah peristiwa alam.
"Peristiwa ini bisa jadi karena keseimbangan alam yang sudah tak lagi terjaga. Namun saya tak mengerti tentang pesan alam yang terkandung di dalamnya. Yang penting bagaimana kita menjaga alam agar tetap seimbang," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar