Jumat, 16 Maret 2012

Tongkat Asem Keramat

Penulis Zamroni Allief Billah | Jumat, 16 Maret 2012 | 10.17.00 | Location:Kaliori, Indonesia



Musim penghujan musim itu benar-benar berbeda, tutur Fivi mulai berkisah. Punden Desa Sendang Agung Kecamatan kaliori Kabupaten Rembang seperti memberi pertanda. Agin besar seperti hendak menerbangkan rumah warga. Mereka hanya bisa memanjatkan doa berharap sesuatu yang merngerikan tidak pernah terjadi.

"Kakek saya, Parto Pasiman bercerita bahwa beliau mendapatkan firasat aneh. Seperti ada tamu agung yang bakal datang ke kampung ini," kisah Fivi.

Setelah firasat datang, tak berapa lama pohon asam jawa besar di punden desa tersebut roboh. Warga panik dan memunculkan berbagai penafsiran. Ada yang mengatakan bahwa Dhanyang penunggu di sana marah. Warga lain mengatakan ada pertapa yang sudah mengakhirkan ritualnya dan lain sebagainya.

Mbah Parto Pasiman dan beberapa warga terkejut saat mendekati pohon yang telah berumur ratusan tahun itu. Dalam batang pohon yang berlobang itu terdapat tongkat. Sebagai sesepuh, Parto Akhirnya menyimpan tongkat itu di kediamannya.

Malam hari setengah terjaga lelaki ini didatangi seorang lelaki berjubah putih. Rambutnya sudah memutih panjangnya hingga mata kaki. Dia berpesan kepada Parto agar setiap malam Jumat menyediakan kembang tujuh rupa serta membakar kemenyan. Beberapa mantra diberikan agar dibacakan saat mebakar kemenyan.

Perlahan dia menghafalkan beberapa kalimat yang diajarkan lelaki asing itu. Tiba-tiba sosok yang di hadapannya telah lenyap entah kemana. Hanya suara jangkrik dan hembusan angin malam menjadi harmoni. Lelaki sepuh itu menarik nafas panjang dan berjanji dalam hati untuk melaksanakan perintah yang baru saja diterimanya.

"Tongkat itu masih ada hingga kini. Namun karena kakek sudah tiada tak ada lagi yang bisa mengurusnya. Hanya menjadi pusaka keluarga sebagai warisan sang kakek. Juga kisah yang masih abadi hingga kini," tutur Fivi mengenang.

Pernah, kata Fivi, ada sebuah musibah terjadi yang diyakini akibat tongkat tersebut. Ayah Fifi memotong tongkat itu untuk dijadikan sebagai akik. Mata cincin dari tongkat itu akhirnya menghiaskan tangannya. Namun beberpa minggu setelah menghiaskan tangannya dengan cincin tersebut, ayah Fivi mengalami musibah.

Tersungkur dari kendaraan yang dibawanya. Banyak yang meyakini bahwa musibah tersebut akibat kecerobohannya memotong tongkat itu. "Tongkat itu bukan tongkat sembarangan, kenapa berani begitu saja memotongnya. Tidak mati saja masih untung," ucap warga lain.

Malam hari setelah musibah itu, Parto pasiman, kembali didatangi lelaki yang pernah memberinya perintah. Mukanya merah sedang menahan marah. parto hanya menunduk saja tak berani menatap lelaki di hadapannya.

"Cukup sekali ini saja kau membiarkan anak cucumu melakukan hal bodoh ini! Hari ini kumaafkan namun lain kali nyawa yang menjadi penggantinya. Jangan pernah berani memotong tongkat ini lagi," ucap lelaki itu marah pada Parto pasiman.

Setelah itu, Parto Pasiman menjaga dengan sangat hati-hati benda pusaka itu. Takut kejadian itu terulang lagi. Setiap malam Jumat rutin dilakukan ritual seperti yang diperintahkan. Kembang tujuh rupa, kemenyan dan doa-doa selalu dipanjatkan sembari memohon keselamatan kepada sang pencipta. (Zam)

ilustrasi: 35photo

Tidak ada komentar:

 

Permainan Tradisional


Permainan Lainnya »

Kembang Boreh


Kembang Lainnya»

Laesan


Laesan Lagi»
..

Misteri

Dolanan

Tradisi

Gurit

Kembang ~ Mayang

Puisi

Cer ~ Kak

Laesan

Gambar Misteri

Artikel Disarankan Teman