Jumat, 30 Maret 2012

Prong-Prong Bolong, Tak Berisi Berarti Mati

Penulis Zamroni Allief Billah | Jumat, 30 Maret 2012 | 20.49.00 | Location:Bitingan, Sale, Indonesia



Ada sebuah permainan tradisional yang tembangnya sangat menggelitik. Anak-anak begitu enjoy memainkannya. Penuh canda tawa dan tanpa ada kalah dan menang sebagaimana jenis dolanan yang lain. Lebih kepada tembang dan kebersamaan bocah-bocah.

Berbeda di setiap daerah namun model permainannya sama. Di wilayah Sale kabupaten Rembang, sebagian menyebut permainan ini dengan Prong-prong Bolong. Namun di sebagian wilayah Kecamatan Sedan menyebutnya dengan Cumplo. Diambil dari tembangnya yang diawali dengan kalimat Cumplo. Namun antara Cumplo dan Prong-prong bolong memiliki alur permainan yang sama persis.

"Prong prong bolong siji jarak siji jamprong pecah ndoge siji pyar..." dan pecahlah genggaman satu tangan yang berada di posisi paling bawah. Begitu seterusnya tembang dinyanyikan berulang hingga susunan kepalan tangan anak-anak itu semua menjadi tumpukan tangan terbuka.

Paling bawah menyentuh dasar tanah disusul tangan-tangan yang lain di atasnya. Semua bersatu padu dan dilanjutkan ritual berikutnya. Mengakhirkan dengan bersedekap diikuti tembang berikutnya yang dinyanyikan bersama.

Prong-prong bolong sebenarnya lebih mengajarkan kepada sebuah nilai persatuan. Sebagaimana pepatah "Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh" demikian permainan ini secara halus mengajarkannya secara periodik kepada anak-anak dalam setiap tembang yang dinyanyikan dengan canda tawa.

Barang siapa yang kosong tiada isi maka dia akan sulit diajak bersatu. Itulah perumpamaan prong bolong dalam permainan ini. Maka harus dipenuhkan jiwa manusia dengan cakrawala pengetahuan. Maka harus disertakan isi hati berupa nilai-nilai kemanusiaan dan cara luhur pengabdian terhadap Tuhan. Dengan demikian manusia hidup tidak dalam kehampaan namun berisi dengan berbagai hal yang menjadikannya tidak mudah terpengaruh orang lain.

Karena bila seseorang kosong dari ilmu pengetahuan dengan mudah menjadi "Siji jarak siji jamprong". Yang satu menjadi jarak yang dengan mudah terbakar sedang yang satunya begitu mudah tersulut emosinya. Akhirnya "pecah ndoge siji pyar", pecahlah satu kekuatan tersebut. Bila diteruskan kekuatan yang digambarkan kepalan satu persatu ambyar tak lagi tersisa.

Hilang kekuatan dan matilah sebagai manusia seutuhnya. Tinggal wujud yang dengan mudah dikendalikan oleh orang lain. Bila sudah demikian tak ubahnya robot yang bisa disetir sekehendak yang memegang kendali. Maka bila tidak mau terpedaya oleh kendali kekuasaan yang tidak menguntungkan harus bersatu padu jangan mudah terpecah belah. Jangan dengan mudah begitu saja manut ketika tiba-tiba harus menjadi berbeda dari yang lain.

:: Ilustrasi http://garrison.35photo.ru

Tidak ada komentar:

 

Permainan Tradisional


Permainan Lainnya »

Kembang Boreh


Kembang Lainnya»

Laesan


Laesan Lagi»
..

Misteri

Dolanan

Tradisi

Gurit

Kembang ~ Mayang

Puisi

Cer ~ Kak

Laesan

Gambar Misteri

Artikel Disarankan Teman