Jumat, 03 Februari 2012

Misteri Rembang-Ulah Penunggu Jembatan

Penulis Zamroni Allief Billah | Jumat, 03 Februari 2012 | 10.34.00 | Location:Rembang, Indonesia
Ulah Penunggu Jembatan

Diyanto, telah kehabisan akal. Jembatan yang digarapnya sudah dua puluh satu kali ambruk. Berbagai cara telah dia kerahkan bersama anak buahnya namun Diyanto lagi-lagi harus kecewa. Salah satu cara yang bisa ditempuh pemborong asli Pamotan Kabupaten Rembang ini hanya pasrah. Namun atas saran Pardi salah satu anak buahnya harus dilakukan ritual. Pardi yang sedikit mengerti berbagai hal mistis ini akhirnya diperintahkan Diyanto untuk melakukan ritual.

Malam hari setelah ambruk yang ke dua puluh satu kali, Diyanto dan Pardi menyiapkan ubarampe sebagaimana yang disarankan orang sepuh kepercayaan Pardi. Menyan, kembang tujuh rupa dan panggang ayam hitam mulus telah tersaji di atas nampan yang dipersiapkan.

Malam beranjak larut, tidak ada tanda-tanda perihal barang ghaib yang datang. Hanya nyamuk dan suara hewan malam yang menemani mereka berdua dalam lakukan melekan, tirakatan. Diyanto mulai gelisah jangan-jangan jalan terakhir yang ditempuhnya ini juga tidak membuahkan hasil. Pardi tetap tenang duduk bersila di sebelah Diyanto. Tidak peduli pada apa yang dirisaukan Diyanto Pardi tetap melakukan ritual.

Mulanya nafas Pardi yang halus berirama kini mulai memburu. Entah apa yang dia rasakan namun Pardi seperti sedang berlari dengan nafas terengah. Diyanto menyaksikan saja perubahan yang terjadi atas diri Pardi. Lambat laun nafas Pardi kembali teratur lagi. Namun posisi kaki yang asalnya bersila kini ditariknya. dan pardi kini berposisi menyerupai seekor hewan berkaki empat. Kedua tangan depannya telah menjadi tumpuan seolah dua kaki depan hewan.

Perasaan Diyanti campur aduk tak karuan. Takut khawatir dan berbagai macam perasaan menyelimutinya. Namun seperti pesan Pardi, apapun yang terjadi Diyanto tidak boleh beranjak dari tempat. Diyanto semakin ketakutan saat Pardi tiba-tibaa membuka mata. Hanya putihnya saja yang nampak. Suaranya telah berubah menyerupai singa kelaparan. Mengaum sejadinya dan tangan mencakar-cakar. Diyanto hanya diam. Mulutnya terkatup tak berani berbicara sepatah katapun.

Namun akhirnya Diyanto memberanikan diri untuk bicara. "Ampun Mbaaaah.... saya hanya bekerja di sini. Saya tidak berniat mengganggu siapapun di sini," hanya kalimat itu yang mampu ia ucap. Selanjutnya kerongkongnannya kering tercekat tak bisa berucap.

Namun sosok singa yang ada pada tubuh Pardi itupun akhirnya berucap. Memberi syarat pada Diyanto bila ingin semuanya berjalan lancar.

"Kalau kau ingin bekerja jangan mengganggu tanah kekuasaanku. Batu hitam di pinggir kali tidak boleh di pindah apalagi dibuang. Kembalikan seperti semula maka semua akan lancar," setelah berucap demikian, tubuh Pardi lunglai dan tidak sadarkan diri.

Beberapa saat kemudian Pardi bangun dan kebingungan mendapati dirinya tertidur. Lalu Diyanto menggandeng Pardi dan mengajaknya pulang. Sesampainya di rumah diceritakan semua yang terjadi pada Pardi. Keesokan Harinya apa yang dipesankan sesosok makhluk itu dilaksanakan oleh Diyanto. Setelah itu jembatan tidak pernah jungkur lagi seperti kemarin hari.

Tidak ada komentar:

 

Permainan Tradisional


Permainan Lainnya »

Kembang Boreh


Kembang Lainnya»

Laesan


Laesan Lagi»
..

Misteri

Dolanan

Tradisi

Gurit

Kembang ~ Mayang

Puisi

Cer ~ Kak

Laesan

Gambar Misteri

Artikel Disarankan Teman