Kamis, 08 Desember 2011

Pemantik Api Manusia Tanpa Kepala

Penulis Zamroni Allief Billah | Kamis, 08 Desember 2011 | 11.50.00 |
Pemantik Api Manusia Tanpa Kepala

Barangkali hanya sugesti namun konon katanya banyak orang dari wilayah Bangilan dan Senori lebih memilih berobat ke Puskesmas Sale karena lebih manjur dan segera diberi  kesembuhan. Hal ini pula yang mengilhami dua orang lelaki asal bangilan - Tuban, Dulmajid (53) dan Karnen (40) datang ke Puskesmas Sale untuk berobat
.
Keduanya sepakat akan berangkat siang hari setelah sholat dhuhur dengan memanfaatkan jasa transportasi kereta api yang melintas Bojonegoro-Lasem. Sesampainya di stasiun Sale mereka segera turun menghirup kesejukan Stasiun yang berdekatan dengan Tempat Penimbunan Kayu (TPK) Sale kecamatan Sale Kabupaten Rembang.


Pohon trembesi besar yang telah berumur ratusan tahun ini seolah menyambut kedatangan dua lelaki yang hendak mengobatkan diri di Sale. Merasai damai alam Sale dua lelaki ini seperti terobati dan memantapkan hati dan keyakinannya untuk segera bergegas ke Puskesmas.

Rampung mendapatkan perawatan dan obat dari Puskesmas Sale Dulmajid mengajak Karnen untuk singgah sejenak ke warung kopi dekat TPK Sale sembari menikmati kembali hawa segar alam Sale sekaligus berpamitan dengan keindahan yang mereka rasakan. Hingga menjelang Isya' keduanya baru bergegas meninggalkan Sale untuk lanjutkan perjalanan ke bangilan dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak agar lebih cepat sampai rumah.

Sesampainya di Turusan, kuburan tua  desa Paseyan kecamatan Jatirogo Tuban mereka dikejutkan sebuah suara yang bertanya “Badhe tindak pundi pak,” sontak mereka menjawab “Badhe wangsul Bangilan,” seorang lelaki berjenggot putih menyapa keduanya. Karena cerita yang berkembang dari sebagian warga bahwa kuburan Turusan sangat angker membuat mereka berfikir bahwa lelaki tua tersebut adalah hantu penunggu.

Langkah keduanya semakin dipercepat agar segera menjauh dari tempat menyeramkan tersebut namun setelah beberapa ratus meter berjalan, mereka kembali dikejutkan oleh suara dan pertanyaan yang sama. Ternyata lelaki tua tadi tiba-tiba kembali muncul di hadapan mereka. Ketakutan bukan kepalang keduanya lalu berlari sekuat tenaga. Setelah mereka rasa cukup jauh dari kuburan Turusan dan karena kelelahan dua lelaki malang ini berniat istirahat sejenak untuk mengumpulkan tenaga.


Sampai di sebuah tempat terbuka dan terlihat limapuluh meter dari tempatnya berdiri ada seorang lelaki muda sedang istirahat, keduanya segera berhenti dan beristirahat, Dulmadjid mengeluarkan selepo (wadah tembakau dan cengkeh untuk merokok) namun ternyata Dulmajid lupa membawa korek api. Setelah lintingan tembakau jadi, Dulmajid berniat meminjam korek api pada lelaki yang duduk tidak jauh darinya.
“Mas, nyuwun sewu saya pinjam korek api,” ucap Dulmajid sopan. Lelaki berperawakan besar itu segera menoleh ke Dulmajid dan menjawab “Jangankan korek api, kepala saja saya tak punya,” Dulmajid terperanjat melihat gembung lelaki di sebelahnya tanpa kepala dan nampak darah segar mengucur dari batang lehernya.


Dulmajid segera menarik berlari diikuti Karnen menjauh dari hantu - hantu yang telah mengganggu perjalanannya untuk pulang ke Bangilan. Hampir setengah jam berlari, keduanya kehabisan tenaga. Melihat ada sebuah balai bambu di tegalan mereka segera bergegas melepas penat berlarian semalaman. Karena kecapekan, keduanya tertidur hingga pagi di tempat itu. Pagi hari baru gempar ketika lalu lalang para petani dan warga beraktivitas mendapati keduanya tertidur di atas batu nisan Turusan. (Zam)

Tidak ada komentar:

 

Permainan Tradisional


Permainan Lainnya »

Kembang Boreh


Kembang Lainnya»

Laesan


Laesan Lagi»
..

Misteri

Dolanan

Tradisi

Gurit

Kembang ~ Mayang

Puisi

Cer ~ Kak

Laesan

Gambar Misteri

Artikel Disarankan Teman