Misteri Rembang-Lampor Penghuni Sumur Tua
Hujan yang tak henti menambah suasana desa yang dikelilingi gunung dan hutan itu semakin dingin dan mencekam. Jalanan becek membuat Andi (32) warga desa Tegaldowo sayang kalau harus keluarkan motor yang baru saja dicuci sore tadi.
Sedang dia mesti keluar untuk mencari obat sesak nafas orang tuanya yang memang selalu kambuh bila udara dingin menusuk padahal persediaan di rumah sudah tak ada lagi. “Bila tak segera dicarikan obat sesak nafas, maka bapak saya kejang – kejang,” katanya.
Setengah terpaksa Andi keluar rumah dengan jalan kaki. Begitu keluar dari pintu rumah, Andi merasa asing dengan keadaan desanya. Sepi yang teramat tanpa ada angin bahkan binatang malampun seolah takut bersuara. Walau takut namun sebab desakan harus segera mencari obat, maka langkah kakinya dipaksakan untuk bergegas menyusuri kegelapan desanya.
Lampu senter kecil di tangannya tak cukup mampu menembus kegelapan desa yang semakin pekat dengan kemunculan kabut mengiring dingin sisa hujan. Namun semangatnya untuk mencari obat mengalahkan rasa takut dalam dadanya.
Berjingkat dengan sarung sedikit diangkat agar tak menyentuh tanah basah dan genangan di lobang jalan, Andi bernyanyi kecil melawan rasa takutnya. Suaranya tercekat ketika melintas sumur tua pertengahan antara dusun tempat dia tinggal dan dusun tempat penjual obat asma bapaknya.
Hampir menjerit ketika ada bayangan hitam menyambar kepalanya. Nafasnya tersengal menahan takut namun dia beranikan untuk melihat sesosok hitam yang seolah hendak membunuhnya tadi. Ternyata kalong sedang mencari mangsa yang lagi apes hendak menabrak dirinya.
Andi mulai menata nafas dan bersikap seolah tidak ada rasa takut dalam hatinya. Baru beberapa langkah, ketika persis di sebelah sumur tua Andi melihat ada api sebesar bola volly keluar dari sumur. Andi menahan nafas dan langkahnya tertahan oleh sebab apa dia sendiri tak mengerti. “Seperti ada kekuatan besar yang menghipnotis saya sehingga saya hanya berdiri mematung dan tenggorokan tercekat sama sekali tak bisa bergerak,” ugkapnya.
Satu bola api muncul membumbung ke angkasa disusul bola api berikutnya yang dia hitung ada sekitar tuju yang dia ingat sebelum akhirnya pingsan.
“Karena hampir tengah malam saya nggak pulang, atas perintah simbok akhirnya saya disusul oleh tetangga sebelah. Mendapati saya pingsan lalu mereka menggendong saya pulang,” katanya
Dan api yang muncul dari dalam sumur tua tersebut menurut sesepuh desa Tegaldowo kecamatan Gunem kabupaten Rembang adalah lampor penunggu sumur tua tersebut. Bahkan ada yang meyakini itu adalah tumbal yang sengaja dipasang oleh tentara Jepang yang disuruh menjaga sumur tersebut sebab di dalamnya adalah timbunan emas.
Soal kebenaran, tidak ada yang berani memastikan namun lampor di sumur tua itu sering muncul terlebih bila musim hujan. Terlebih saat malam dan gerimis yang tak henti. Lampor – lampor tersebut seperti tentara kerajaan yang sedang berjaga berputar mengelilingi sumur tua tersebut.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar