masih saja kau bungkam manakala ku berusaha mengeja tiap makna dari rambutmu yang kau biarkan tergerai dielus senja. berdiam disini diserambi surau tua yang barangkali tidak pernah terdengar panggilan adzan disini kecuali saat fajar kakek tua yang benarbenar payah diusianya melawan dingin hingga parau suaranya memanggil atau barangkali mengeluh dalam jeritnya sebab hingga umurnya yang sedemikian renta tak juga muncul pengganti untuk sekedar meneriakkan panggilan
diam membisu tanpa aku tahu bagaimana membuka mulutmu yang seolah terkunci hingga sama sekali enggan terbuka walau untuk satu kata.
tetesan matamu masih juga mengalir air entah bersedih ataukah bahagia namun dalam bening matamu aku melihat rindu disana dan kaupun masih enggan cerita untuk siapakah kausimpan rindu itu dalamdalam disana
ceritakan sedikit saja tentang rindumu barangkali akupun turut terbawa meniti yang mungkin saja selama ini aku cari.
akupun merindu pada rindu yang benarbenar rindu tidak sekedar rindu dan sebagaimana rindu
sungguh ceritakanlah padaku
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar