sore tadi kau antarkan setangkai anggrek bulan padaku sembab matamu menceritakan padaku bila kau sedang berduka namun bibir mungilmu masih berat mengurai resahmu padaku bergetar kau bicara dan tak begitu jelas entah tangis ataukah sapa. tak apa sahabatku aku selalu sabar menunggumu bicara bahkan hingga kaupun mungkin terlupa apa yang mesti kau kan ceritakan padaku.
kusimpan anggrek ini walau aku sendiri tidak benarbenar tahu apakah sesungguhnya yang kau mau aku lakukan untukmu dan anggrek ini.
aroma pedihmu, angin senja ini walau tak sepenuhnya uraikan padaku namun matamu yang sayu memendam duka yang sedemikian dalam hingga akupun tidak mampu tenggelam lebih dari sekedar berenang dan hingga menemu temu didasar hatimu untuk menelisik rindu atau resah yang masih saja kau lipat rapat dibalik rahasia hatimu yang luka hanya sedikit saja tidak banyak sebagaimana yang kuingin tahu darimu
bercakap saja dengan anggrek ini walau tanpa jawab sebab akupun tak pernah benarbenar tahu apakah yang mesti aku pertanyakan padanya.
anggraeni kemarilah biar kudekap kau dalam gelisahmu dan usah kau urai dahulu rundumu yang membuncah dalam gelisah. kutahu kau rindu dalam gelisahmu namun kau sendiri bahkan tak percayai bila rindu juga gelisahmu yang membuatmu hingga kau sendiri bahkan tak mengerti apakah sesungguhnya yang kini kau rasakan.
bahkan anggrek bulan kini tlah layu entah lelah menunggumu atau barangkali aku yang tak bisa membuatnya tetap segar sebagaimana mula kau titipkan padaku.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar