Tak lagi kata kata mesra meyambut pagimu. matamu yang selalu basah oleh air mata kinipun tak lagi ada yang mengusapnya maka relakanlah embun pagi menyambutmu serta angin pagi mengusap air matamu biar tak lagi mengalir
Terlalu jika ku turut rindu yang kau urai bukankah kau tlah berjanji meninggalkan hatimu tuk menyusuri harap meniti tawamu ? aku tahu betapa beratnya rindumu menahan sepi tanpa belaian kata dan nyaman yang kau tahan
Angin datang padaku malam itu saat aku sendiri mengurai sepi dia sampaikan gelisahmu kuterima tangis rindumu walau tak lagi dengan persembahan sebagaimana biasa. bunga tuju rupa dan dupa yang selalu tersaji dipojok hati tak lagi tercium aroma
Maafkan aku yang tak lagi menyambutmu sebagaimana dulu aku sadar tidak dengan semua ini arwahmu tenang di alam sana. justru bila aku tetap memuja, ruhumu kan selalu mengawang tanpa tahu kemana sesungguhnya yang kan kau tuju. bila semua ini menyakitkanmu maka inilah bentuk kasih sayangku.
Bukan tak ingin aku tetap nikmati ringkik kuda yang selalu antarkan kita melintasi dimensi diri meniti mimpi. gemerincing genta penghias pekat kuda hitam yang selalu setia mengantarkan kita pada tawa manalah aku bisa melupakannya.
Mega mega inipun belum ada satupun yang berubah kesemuanya masih tidak beda dengan saat kala kita menyusurinya. lihatlah dewa dewi kesepian menanti kita hadir disana bercengkerama. ku tahu merekapun menunggu tawa kecilmu yang tak pernah lepas hiasi bibir tipismu serta kaki kaki kecilmu yang berlarian menyusuri hati yang selalu dilanda sepi
Tapi bukankah kita telah berjanji bahwa keindaha ini layak kita sudahi ? bahwa tawa ini tak lagi layak mesti segera berganti tangis. mentaripun menanti tetes airmata kita untuk bersenyawa menjadi pelangi yang hiasi langit pagi ini
Bangunlah
Kita mesti bangun dan melihat bahwa hari telah pagi
Sabtu, 03 Juli 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar