Karena takut akan membahayakan akhirnya sanca anakan tersebut dibunuh oleh Satiman. Menggunakan pikulan bambu ditusuk-tusuk hingga tak bernyawa. Lalu dibuanglah bangkai sanca tersebut di tegalan dekat rumah.
"Tegalan masih banyak rerimbun semak sehingga tidak menjadi persoalan. Makanya saya buang saja ke sana," terang Satiman.
Malamnya Satiman kembali dikagetkan oleh sebuah benda yang jatuh dari atap rumahnya. Setelah diperiksa ternyata ular sanca yang tadi dibuangnya kembali ke rumah tersebut. Entah ulah siapa dia tidak tahu. Hanya ulah anak iseng saja, pikirnya.
Lalu keesokan harinya agar tidak ada tangan usil ular tersebut dibuang ke Bukit Crawang. Sebuah tegalan yang berjarak tak kurang 30 kilometer dari rumah Satiman.
"Pada senja hari tiba-tiba ular penuh luka tersebut sudah ada di rumah dalam kondisi masih hidup. Luka di sekujur tubuhnya ternyata tidak menjadik anakan sanca itu mati," ujarnya.
Kepulanngan sanca yang kedua kalinya itu membuat gempar warga. Karena ular penuh luka dan dibuang di tempat yang cukup jauh ternyata masih bisa kembali ke rumah Satiman di Dusun Ngelo.
"Atas saran sesepuh desa setempat akhirnya ular tersebut tidak saya buang. Saya usir perlahan dan dia mau pergi meninggalkan rumah kami. Masuk ke dalam guling (pagar dari tumpukan batu) di sebelah rumah," paparnya.
Satiman tidak berani membuang hewan tersebut untuk ke sekian kalinya karena pada kenyataannya selalu kembali ke rumah. Dia sendiri mengaku tidak pernah memiliki firasat apapun sebelumnya.
"Mungkin ular itu ingin hidup berdampingan dengan saya di sini, biarlah dia mengambil tempat di sebelah rumah saya," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar