Jumat, 02 Maret 2012

Santri, Kejawen dan Etnik Cina Bersatu di Kethek Ogleng 12

Penulis Zamroni Allief Billah | Jumat, 02 Maret 2012 | 11.21.00 | Location:Lasem, Indonesia



Setelah kegiatan siang hari, napak tilas tempat peristirahatan terakhir Oe Ing Kyat, salah satu tokoh Cina dalam Perang Lasem ratusan orang yang tergabung dalam kegiatan Kethek Ogleng Baca Puisi memadati ruang tengah terbuka rumah Candu.

Salah satu rumah yang kental dengan ornamen cina ini menjadi saksi sejarah berkumpulnya seniman, kaum santri dan warga keturunan Cina di Lasem. Kesemuanya berbaur lesehan di ruang terbuka rumah Candu. Keroncong mengalun dengan lembut mengawali kebersamaan itu. Memecah sedikit kekakuan yang tampak terlihat pada wajah peserta.

Tidak seperti perhelatan Kethek Ogleng sebelumnya, malam itu menjadi malam paling luar biasa di hati peserta. Seperti dikemukakan Yudhi Yarcho, pegiat seni dari Jepara ini mengaku merasakan kebahagiaan yang tak terkira. "Ini sungguh pemandangan yang luar biasa. Lesehan, duduk satu tempat antara perbedaan yang sangat mencolok. Kaum santri dengan sarung dan pecinya, etnik cina dengan mata sipitnya serta penajaga tradisi jawa dengan pakaian serba hitamnya kesemuanya berbaur dengan para seniman. Tak ada jarak tak ada beda antara mereka. Bersatu menikmati keindahan malam kethek Ogleng Baca Puisi," kata Yudhi.

Nabila, mengawali dengan sebuah gurit dan puisi berjudul Serat Kemilau. Applaus penonton menyambut pembawaan seniman Tuban ini dalam membawakan gurit. Penyiar salah satu radio di Tuban begitu fasih membawakan geguritan. Senada dengan kesehariannya yang mengasuh program siar dengan bahasa jawa.

Dilanjutkan penampil dari berbagai komunitas yang hadir malam itu dari dalam dan luar kota. Penampil terjauh dari Bandung. Irfan dengan penampilan nyentrik topi koboi serta harmonika. Seniman yang menghabiskan waktunya berkumpul dengan berbagai komunitas seni di penjuru tanah air ini mampu menghipnotis penonton. "Aku selalu menjadi kambing hitam, sapi perah dan kelinci percobaan," Mimik kesal tampak dari wajah Irfan ketika pada bait itu. Lalu dilanjutkan lagi dengan pembawaannya yang khas.

Pesantren kauman mengumandangkan kerinduan dalam sebuah puisi. Enam santri dengan sarung dan kopiyahnya begitu lihai menabuh rebana mengiringi salah satu di antaranya yang membaca puisi.

Mendinginkan kembali hasrat para peserta dalam berpuisi, tiga buah lagu dilantunkan dengan iringan keroncong. Dokter Hestik menghibur penonton dengan dua buah lagu sekaligus. Dilanjutkan penampil dari berbagai kota. Imam Bucah dari Pati, Galih Pandu Adi mewakili rombongan dari Universitas Diponegoro Semarang, Yayan Triyansyah, Day Milovich dan Rosyid Ndoyek dari komunitas Gong Art.

Seni Tradisi Laesan menjadi puncak acara malam tersebut. Beberapa peserta ikut diajak ikut serta berjoget di arena. Kembang sesajen serta tetabuhan khas menghipnotis penonton berdiri membentuk lingkaran. Budi Susetyo ikut berjingkrak bersama Ipien Ngedot dan beberapa peserta lain.

Tembang-tembang dilantunkan menyeret alam bawah sadar penonton untuk kembali bernostalgia. "Ke alam manakah rasanya kita seperti terbuai melayang kepada entah. Sederhana tetabuhan dan tembang-tembang yang bersahaja sungguh membuat kita terlena" kata Ming Lukiarti puitis.

Kegiatan terpaksa diakhirkan karena sudah pukul 23.00. Masih banyak peserta yang terpaksa tidak tampil dan menahan hasrat berpuisi. "Jauh-jauh dari Sragen saya sudah siap nembang megatruh. Sayang waktunya tidak memungkinkan," ungkap Budi Susetyo kecewa.

Banyak peserta yang malam itu terpaksa tidak tampil. Komunitas sanggar sastra Unirow (Kostra) yang hanya diwakili Cak Ndor, Ketua Kostra. SMK Kehutanan Rimba Taruna, Sedan serta banyak penampil lain yang mesti menahan rindu dan gejolak mereka untuk berpuisi.

Namun Budi mengaku puas bisa menikmati seni tradisi Laesan. Budi mengaku telah menjadi mimpinya untuk menyaksikan pagelaran Laesan. "Walau kecewa tak bisa tampil namun terobatkan dengan laesan," ungkapnya.

"Simpan rindu kalian. Tahan hasrat kalian hingga purnama depan. Kita akan nyawiji lagi dalam perhelatan Kethek Ogleng," Ucap Allief Zam Billah lantang mengakhirkan perhelatan kethek Ogleng ke 12 disambut applaus dari penonton.

Tidak ada komentar:

 

Permainan Tradisional


Permainan Lainnya »

Kembang Boreh


Kembang Lainnya»

Laesan


Laesan Lagi»
..

Misteri

Dolanan

Tradisi

Gurit

Kembang ~ Mayang

Puisi

Cer ~ Kak

Laesan

Gambar Misteri

Artikel Disarankan Teman