Jumat, 03 Februari 2012

Naya Gimbal dan Penghianatan Sang Adik

Penulis Zamroni Allief Billah | Jumat, 03 Februari 2012 | 10.08.00 | Location:Sale, Indonesia
Naya Gimbal dan Penghianatan Sang Adik

Demi mencapai sebuah harapan mesti kuat menjalani taqdir. Harus mampu menahan banyak goda. Berani menahan lapar tapa brata. Demikian juga yang dilakukan Naya Sentika. Seorang tokoh pergerakan lokal yang berjuang membela tumpah darahnya dari intimidasi belanda. Namun kesaktian Naya Sentika belum sebanding dengan kekuatan belanda serta antek-anteknya. Para lurah dan pejabat desa yang kebanyakan lebih memihak belanda demi keuntungan pribadi dan keluarganya.

Naya Gimbal, demi sebuah cita-citanya menghancurkan belanda serta kroninya melakukan tapa brata di sebuah gunung yang kini lebih dikenal dengan sebutan Gunung Genuk. Sebelum berangkat, berpesan kepada Lastri sang istri. Agar tidak membangunkan dia dari tapa brata. Karena setelah usai dan mencapai tingkat kasampurnan maka tempayan yang dia gunakan untuk bertapa akan tumpah dengan sendirinya. Itulah saat dimana Sang Brandhal mengakhiri tapa brata dan membumi hanguskan belanda.

Lastri adalah seorang perempuan cantik. karena kesaktian dan ketenaran Naya Sentikalah Lastri akhirnya jatuh hati. Namun ada versi lain menyebutkan bahwa Lastri tak kuasa menolak permintaan Naya Sentika saat hendak diperistri sang jagoan. Pada jaman dahulu kesaktian dan kehebatan seseoranglah yang menjadi acuan dia berbuat dan memiliki kekuasaan lebih atas orang lain.

Namun Lastri sesungguhnya telah jatuh hati kepada Naya Genggong, adik Naya Sentika. Karenanya sang adik mesti merelakan kekasih hatinya kepada kakak seperguruannya tersebut. Niat menguasai Lastri muncul ketika Naya Sentika melakukan tapa brata. Setiap hari yang menjaga sekaligus mencukupi kebutuhan sehari-hari Lastri adalah mantan kekasihnya, Naya Genggong.

Berawal dari seringnya pertemuan itulah yang menyebabkan keduanya merasakan debar dada yang dulu pernah mereka rasakan. Cinta lama bersemi kembali. Gayung bersambut, keduanya mulai merasakan indahnya kebersamaan. Naya Genggong tak mau cinta dan kehidupannya direbut kembali oleh sang kakak.

Dia merasa bahwa selama ini telah terlalu banyak mengalah dan berkorban. Akan tetapi belum pernah sang  kakak memikirkannya. Melajang hingga sudah berumur, selalu menjadi juru ladi dimanapun dan kapanpun. Tekad Naya Genggong sudah bulat. Keduanya menyusun rencana.

Kesokan harinya, sebelum ayam berkokok Naya Genggong berangkat ke tempat kakaknya melakukan tapa brata. Sekuat tenaga mendorong agar genuk yang di dalamnya ada Naya Sentika akan terguling. Dia berharap agar Naya Sentika mengakhiri tapa brata sebelum dia mencapai kasampurnan.

Siang hari saat matahari mulai beranjak naik, sebagaimana biasa Lastri selalu pergi ke bukit tersebut. Mendapati suaminya masih bertapa dalam keadaan tempayan terguling, segera dia bangunkan. Karena hanya Lastri yang diberi tahu bagaimana cara membangunkan sang jagoan.

Begitu bangkit, Naya Sentika segera mengumbar suara. Akan segera meluluh lantakkan belanda beserta kroninya. Dia merasa tapa bratanya sudah mencapai tarap kasampurnan. Itu berarti ilmunya menjadi sepuluh kali lipat dari sebelumnya.

Setelah seluruh pengikutnya dikumpulkan dan penyerangan dilakukan secara mendadak. Belanda kewalahan dan mundur. Namun tak berapa lama kemudian Belanda kembali dalam jumlah yang lebih besar dan berhasil memukul mundur pasukan Naya Sentika. Sang jagoanpun dikhabarkan meninggal.

Lastri dan Naya Genggong kini bebas melenggang dan merasakan indahnya cinta tanpa takut pada sang jagoan. Namun banyak versi lain mengenai cerita ini. Bahkan antara versi ludruk dan kethoprak nama Lastri berbeda tergantung sang sutradara.

Tidak ada komentar:

 

Permainan Tradisional


Permainan Lainnya »

Kembang Boreh


Kembang Lainnya»

Laesan


Laesan Lagi»
..

Misteri

Dolanan

Tradisi

Gurit

Kembang ~ Mayang

Puisi

Cer ~ Kak

Laesan

Gambar Misteri

Artikel Disarankan Teman