Misteri Rembang-Teror Maut Jaka Kendhit
Tangisan anak kecil di tengah malam itu membuat Rosyid warga Desa Ngulahan Sedan kabupaten Rembang bertanya dalam hati, benarkah ini tangisan bocah atau suara dari alam ghaib yang sengaja datang mengganggu dia yang sedang tak bisa tidur.
Melengking dan menyayat hati tangisan itu terlebih dalam sepi malam suasana desa di bawah lereng gunung Soca. Tak tahan mendengar tangis bocah yang seperti teramat ketakutan itu dia beranikan diri keluar rumah untuk mencari sumber suara.
Benar juga, ternyata anak tetangganya yang sedang munthah (rewel yang disebabkan gangguan makhluk halus). Diberi minuman apapun dan ditenangkan model bagaimanapun bocah ini tetap saja menangis ketakutan sembari menutup matanya dengan telapak tangannya seolah takut melihat sesosok yang menyeramkan.
Atas saran tetangga yang hadir di tempat itu, ayah sang bocah akhirnya menemui Mbah Masrap, seseorang yang pernah menemukan jimat dari Ndukoh, tempat keramat yang ada di desa tersebut. Sesampai dirumah Mbah Masrap, orang tua tersebut segera mengambil batu bulat seukuran kelereng berwarna merah dan dimasukkan ke dalam gelas yang telah berisi air.
Sesampai di rumah, air tersebut segera diminumkan ke bocah yang rewel tersebut. Aneh dan nyata, bocah tersebut langsung berhenti seketika dari tangisnya dan berangsur tenang dan beberapa lama kemudian lelap dalam tidurnya.
Rosid, menuturkan bahwa banyak orang yang bila mengalami gangguan seruap bila dimintakan air sama Mbah Masrap selalu jodoh dan diberi kesembuhan. “bahkan pernah ada tetangga yang kesurupan dan dimintakan air ke Mbah Masrap dan langsung sembuh,” ungkap lelaki yang hoby melukis ini.
Batu bertuah tersebut, kata ia, ditemukan Mbah Masrap saat mengolah sawahnya yang berada di Ndukoh. Tempat keramat tesebut adalah wilayah kekuasaan Jaka Kendhit, dhanyang yang banyak diceritakan oleh orang – orang desa Ngulahan dan sekitarnya. Sebab banyak kejadian yang dialami warga ketika melintas di kawasan tersebut.
Kursan (40) warga desa setempat yang mengandangkan sapinya di tegalan pernah mengalami kejadian aneh saat melintasi kawasan Ndukoh untuk menuju kandang sapinya. Persis di dekat penampungan air, ada api kecil melayang layang seolah menghalangi jalannya. Melihat api tersebut, Cing Cong alias Kursan berhenti dan meyakinkan api apa yang sedang melayang – layang tersebut.
Namun api itu semakin membesar dan seolah hendak menerkamnya. Cing Cong yang terkenal pemberani akhirnya berlari menghindari kejaran hantu api sembari melafalkan apapun yang ia bisa. Sesampainya di kandang sapi, api tersebut menghilang dan ia menunggu pagi untuk kembali ke rumahnya khawatir bila pulang mnalam itu akan dicegat lagi oleh hantu api tersebut.
Menurut tokoh dan warga sekitar, bahwa hantu api tersebut adalah sejenis banaspati. Hantui berupa api yang suka menghisap darah manusia. Beruntung malam itu Cing Cong mampui menghindari kejaran Banaspati.
Menurut Mbah Gatot, tokoh spiritual dari Sedan bahwa memang benar adanya banaspati suka menghisap darah manusia namun berbeda dengan hantu api yang ada di Ndukoh. Banaspati di sana hanya bertugas menjaga kawasan tersebut dari gangguan makhluk yang melintas dan tidak bermaksud mencelakai.
“Banaspati itu adalah wujud Jaka Kendhit, yang sebenarnya punya keinginan berkomunikasi dengan warga sebab ada sesuatu yang ingin disampaikan mengenai kuburannya di sana,” katanya. Perihal pesan apakah yang hendak disampaikan, lelaki setengah baya ini enggan berkomentar. “Bukan tugas saya menyampaikan, dan nanti menjadi sebuah kekeliruan. Nanti pasti akan datang lagi dan menyampaikan pesan pribadinya kepada warga sekitar,” katanya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar