Sabtu, 09 April 2011

Darah Rembang

Penulis Zamroni Allief Billah | Sabtu, 09 April 2011 | 09.39.00 |
perjalanan di kota mati

Pelajaran Ketiga: Darah Rembang

Masih di ingatan ketika engkau sampaikan bagaimana kita menghadapi penguasa. Bukan dia secara pribadi, katamu. Tapi kebijaksanaan yang tidak memihak inilah yang mesti kita lawan. Lalu kau mengajakku berkeliling ke segenap ingatan akan masa lalu dimana air melimpah dan hutan – hutan masih terjaga.

Sesekali kau tersenyum padaku entah apa yang terselip di benakmu melihat mukaku yang tiba – tiba merah. Diam – diam kukatakan pada hatiku “Sebab aku orang Rembang maka aku menentang”. Dengan atau tanpa kalian sejengkal tanah ini akan aku perjuangkan.

“Memang tanah simbahmu?” tiba – tiba kau bertanya seolah mengerti  yang sedang kufikirkan. Lalu kau sampaikan bahwa kita ini berhadapan dengan segerombolan singa yang sedang kelaparan. “Sedang kau dan aku tak lebih dari kelinci di tengah belantara,”. Lalu apa yang mesti kita fikirkan jika diri kita saja tak bisa menjamin keselamatannya.

Sudahlah, kataku sebab aku tidak menerima ataupun menolak tentang rencana besarmu mengeksploitasi tanah dan bebatuan kota ini. Dan aku tak peduli tentang janji kemakmuran dan bualan kesejahteraan bila rencanamu segera diwujudkan, sebagaimana katamu.

Yang kutahu bahwa kota yang persis bersebelahan dengan kota ini, kemarin menolak dengan adanya rencana yang sama. Atau bahkan mereka pemilik usaha sengaja beralih ke kota ini sebab kegagalan menembus kota tetangga. Sebab menurut mereka, para petani penolak eksploitasi, SEJENGKAL TANAH DAN SETETES AIR INI ADALAH TITIPAN YANG MESTI DIPERTARUHKAN WALAU DENGAN NYAWA.

Masihkah hendak kau pertahankan, eksploitasi yang kau perjuangkan dengan bayang – bayang kekhawatiran masa depan anak cucu kelaparan sebab kehilangan sawah ladang. Dan sepetak tanah kering tanpa air yang selama ini menghidupi oleh sebab pegunungan, bebatuan sebagai tempat air berdiam mencari celah untuk nanti kembali ke bumi menghidupi petani telah kau habisi.

Lalu janji manalagi yang hendak kau pamerkan dan bualan apalagi yang hendak kau suguhkan bila kau sendiri tak mampu menjawab sejumlah tanya dan kekhawatiran?

Bila hanya keuntungan pribadi yang hendak kau capai, janganlah mengatasnamakan kemakmuran. Bila kekayaan semata yang hendak kau raih jangan kau jual buaian kesejahteraan sekaligus pembodohan kepada kami.

Bila tidak kau berhenti berkoar tentang janji kemakmuran, jangan halangi aku bersuara tentang kebenaran. Kebenaran akan bayang – bayang kematian yang kau tutupi dengan janji dan bualan kemakmuran.

Sebab mereka yang berhak tentukan masa depan. Akan dia biarkan sawah ladang kekeringan dan bocah – bocah mati kelaparan atau mereka hidup dalam buai bualan yang tak henti kau suguhkan atau mereka akan menghentikanmu DENGAN PAKSA, dengan cara mereka.

Rembang, 07 April 2011
visted http://www.omahrembang.org/2011/04/darah-rembang.html

Tidak ada komentar:

 

Permainan Tradisional


Permainan Lainnya »

Kembang Boreh


Kembang Lainnya»

Laesan


Laesan Lagi»
..

Misteri

Dolanan

Tradisi

Gurit

Kembang ~ Mayang

Puisi

Cer ~ Kak

Laesan

Gambar Misteri

Artikel Disarankan Teman