Kamis, 07 Oktober 2010

Biarkan Saja Rindu Itu Tergantung Di Sana

Penulis Zamroni Allief Billah | Kamis, 07 Oktober 2010 | 13.11.00 |
Zamroni Allief Billah

Biarkan Saja Rindu Itu Tergantung Di Sana


Biarkan saja tanpa makna:


DULU
Saat kau gandeng tanganku dengan senyummu yang paling manis, kau ajak aku menghitung jenis rerumputan yang kita, telah entah kapan bahkan terlupa kapan menanmnya namun telah subur tumbuh terhampar hingga memenuhi beranda. tangantangan kecilmu tak henti merapikan rerumputan itu yang terus saja tumbuh bahkan melebihi dari yang sesungguhnya kau inginkan.

lalu kuiringkan kau menyisir pantai barangkali kita jumpa cara, sebab akupun sungguh telah kebingungan bagaimana mengembalikan kahanan seperti sedia kala. Memang inilah yang sesungguhnya yang kita inginkan tapi tidak seperti ini, tak lagi kita bisa kendalikan rerumputan ini agar berhenti cukup disini tak lagi tumbuh rusuh biar tetap indah seperti senyummu dan hayal kita.

tak bisa rupanya dan mesti kita bakar bahkan rumah yang kita bangun dalam semalam dengan air mata yang menghanyutkan kita menuju laut yang kita sendiri sungguh telah rela untuk hanyut di dalamnya bahkan hinggapun hancur oleh karang


KINI
seperti senja mula saat kita dipertemukan oleh matahari yang tibatiba bersinar sesaat setelah mendung yang begitu pekat menggelayut di atas kepala, tak pernah sesungguhnya aku berharap dipertemukan denganmu barangkali tidak denganmu.

kutahu sesungguhnya kau memendam harap yang kau biarkan terselip di balik senyummu yang coba kau suguhkan dalam pekat cerita perjalananmu hingga pada ketika kau menyapaku di senja itu.

jangan ajak aku untuk kembali menapaki roda itu apalagi hingga menyisir malam walau sesungguhnya akupun ingin memepersembahkan untukmu kuntum melati yang masih saja aku simpan saat kau berikan saat dahulu.

tidak, aku sungguh tak berani lagi untuk menyaksikanmu merebahkan kepala di dadaku, biar tak ada lagi air mata. cukup kita ronce saja melati yang masing masing kita bawa untuk sesekali kita hirup aromanya.

NANTI
bila suatu ketika kau bertemu denganku atau barangkali aku yang datang jumpaimu, jangan sesekali tersenyum berpura saja kau tak mengenalku sebab kita samasama tak mengerti "apakah sesungguhnya kita inginkan" kecuali meniti kembali masamasa dahulu yang jelas itu tidak mungkin kecuali kau mampu membawaku masuk pada rimba yang selalu kau ceritakan dahulu, bukan taman yang selalu kita kunjungi saat rindu datang di hati

Tidak ada komentar:

 

Permainan Tradisional


Permainan Lainnya »

Kembang Boreh


Kembang Lainnya»

Laesan


Laesan Lagi»
..

Misteri

Dolanan

Tradisi

Gurit

Kembang ~ Mayang

Puisi

Cer ~ Kak

Laesan

Gambar Misteri

Artikel Disarankan Teman