Menyisir sepanjang jalan menuju peraduanmu diiring mentari yang beranjak pergi. Terik ini menasehatiku untuk sejenak berhenti menahan langkah yang berapi – api.
Benar juga sesaat kemudian ku mendengarmu berucap perlahan bila kau hampir lelap dalam pangkuan siang setelah seharian kau mengurai kisah bersama bocah – bocah
Dua jam saja aku menunggumu hingga kau benar – benar terbangun dari mimpi indahmu. Kau menyambutku dengan senyum seperti hari – hari yang lalu.
Pasti mimpimu tadi indah sekali sebab gurat wajahmu masih terlihat mawar yang tadi aku kirim menitip angin yang memelukmu dengan rindu, sama rindunya denganku yang hanya mampu mengurainya dalam pesan
Indah sekali kala kau ucap bahwa kisah kita lebih puitis dari sajak – sajak manis yang selalu aku wiridkan dalam siang dan malam.
Satu jam terlewat sangat cepat lebih cepat dari denyut resahku yang dipacu rindu. Kupeluk kau dalam kidung yang gamang berkumandang mengalir dalam darah dan gelisah. Masih saja kau bercerita kala ciumanku hendak mengakhiri perjumpaan siang kita.
Hingga peluk hangat dan kecup mesramu benar – benar sebagai penutup rindu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar