Tertatih meniti ego yang dibangun atas nama cinta. Menelusuri relung nafsu yang merantai membelenggu ragu. Kebenaran baginya tak lagi sama sebagai munculnya mentari di tiap pagi.
Senyumnya kini memerah darah mengalir membanjir ditiap relungnya yang tak pernah tertahan dia kini terbalut kerangkeng diri yang seolah embun menetes dipagi buta menikmatinya seperti silapar tak pernah tersentuh nasi.
Ah.... kuingin tertawa melihatnya seperti bercermin dijelaga keruh oleh permata yang ku titi dengan sepenuh hati ternyata aku bermimpi saat kutertawa dan menangis. Hanya hayal belaka kala ku cemburu dan lebur rasa.
Kumelihatnya
Gelisah membantai diri mengorek luka menyayatnya dengan dan atas nama cinta padahal tak pernah mendapati makna. dalam tiap syairnya hanya baris kosong tertata noktah noktah imaji yang tiada terpatri hati.
Membasuh sepi tanpa hati padahal pagi tlah menjemputnya sepenuh cinta berharap segera cuci hati dan bersujud menjemput haru.
Masih saja kau ragu meniti rindu memilih bersimbah nanah dan relakan koreng menggerogoti.
Sabtu, 03 Juli 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar