Perkenalkan namaku Sarikem pemberian Mbah Sastro kakek dulu yang katanya seluruh yang kukatakan akan menjadi mutiara “sarikem” sarine cangkem katanya begitu saat dulu pernah aku sama pak Hadi Susilo guru SD-ku disuruh mempertanyakan tentang arti namaku juga kawankawan sekelasku.
Di kafe ini tak ada lagi yang mengenal nama itu, bila sesekali datang kesini cari aja Ike seluruh pemandu karaoke di kafe ini semua tahu bahkan hampir seluruh pengunjung disini bahkan yang belum kesinipun mengenal namaku. Itu bukan lantaran kecantikanku sebab aku wanita yang memiliki kecantikan yang biasabiasa saja tetapi kata mereka ini sebab bodiku sangat enak dipandang mata juga bibirku ini katanya begitu menggoda.
Entahlah itu urusan mereka tetapi apa yang mesti aku perbuat, apa yang salah bila bodiku seksi kenapa juga mesti dipersalahkan ketika bibirku ini kelewat menggoda toh aku tidak pernah seperti Nancy yang sok kemayu suka menggoda para pengunjung yang datang, aku juga tak pernah meniru gaya si Preti yang asli namanya Parti tetangga sebelah rumah bahkan masih saudara jauh denganku.
Prety paling nggak betah melihat pengunjung yang kelihatan parlente berbaju rapi dan terlihat banyak duit, aku sih nyantai aja menjalankan tugasku sebagai karyawan untuk memberikan service sebaik baiknya agar mereka merasa nyaman bertandang kesini sukursukur mereka balik lagi menjadi pelanggan setia kafe ini.
Aku bersyukur walau tinggal dikampung yang terpencil jauh dari keramaian kota orang tuaku sadar pendidikan walau nggak sampai selesai lumayanlah sempat dua tahun mengenyam bangku kuliah, mungkin ini juga yang sedikit banyak membedakanku dengan “lontelonte” yang lain.
Maaf aku menggunakan istilah jorok ini karena sebagian orang menyebut kami demikian terlebih ibuibu muda yang suaminya mulai gendeng tergila gila dengan para Pemandu Karaoke (PK) disini. Tapi sebenarnya ya tidak sedemikian parah sih, nyatanya sudah hampir lima tahun tepatnya empat tahun sembilan bulan dan sepuluh hari hingga Romadlon hari yang kesepuluh ini aku menjadi PK disini tak pernah sekalipun aku melayani para pelanggan disini hingga sampai urusan asmara.
Banyak juga hidung belang yang datang menggoda namun dengan penolakanku yang halus merekapun mengerti dan tidak ada yang memaksa bahkan berusaha memperkosaku. Tak menampik juga ada dari kawankawanku disni yang melakukan praktik itu sehingga menjadi cap bagi kami semua bahwa PK adalah tak beda juga dengan ‘PK (penjahat kelamin) atau bahkan PSK.
Terserahlah mau dikata apa yang penting aku menjalankan tugasku demi menghidupi keluargaku. Bapakku sudah meninggal sejak sepuluh tahun lalu saat aku masih di bangku SMA adikku tiga masih kecilkecil saat itu, kini yang terbesar sudah mau lulus SMU yang adiknya kelas satu SMU dan adikku yang terakhir cewek kelas tiga SMP.
Sebagai anak tertua aku yang membiayai mulai SPP hingga uang jajan mereka. Ditambah dua anakku umur tiga tahun dan dua tahun yang kini bahkan sudah tidak lagi mempunyai seorang bapak. Suamiku seorang sopir meninggal saat mengirim barang ke Surabaya.
Kalau banyak orang kini ramai ramai memperbincangkan dan bahkan maaf kalau bahasaku mencari nama atau bargaining position atau apalah istilahnya mungkin saja memancing di air keruh dari adanya maraknya kafekafe di kota kecil ini sebenarnya menurutku keliru. Bukan berarti aku membenarkan dan membela diriku tetapi yang sebenarnya mesti dibenahi adalah otak dan moral mereka yang hendak datang ke kafe ini.
Mereka mungkin melupakan sejarah revolusi yang terjadi di Mesir betapa dulu tokohtokoh pergerakan memulai perjuangan mereka membentuk dan mengumpulkan semangat jihad dari kafe ke kafe. Sehingga sekarang Mesir menjadi Negara yang besar dan sangat dihormati bukankah sebab perjuangan para intelektual disana juga para tokoh pergerakan yang justru mengawali semuanya dari hati dan menengelamkannya dalam sebuah niat jihad dan itu ketemunya di kafe.
Tak menampik juga sebagaimana yang aku ceritakan diawal bahwasanya banyak PK yang melakukan praktik buruk akan tetapi tak sedikit juga yang benarbenar menjalankan tugasnya untuk memberikan pelayanan terbaik bukan soal urusan perut kebawah saja.
Tapi sudahlah biarkan saja mereka dan bahkan mungkin kalian menilai tentang kami tapi masalah moral ini adalah tidak murni hanya soal kafe saja. Ini adalah menyangkut soal mental tidak hanya satu dua orang saja ini masalah mental bangsa yang sudah sedemikian bobrok yang mesti benarbenar diperhatikan agar tidak justru menimbulkan permasalahan yang lebih panjang lagi.
Salam sejahtera : IKE Sarikem
Kamis, 19 Agustus 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar