Minggu, 22 Agustus 2010

Bila Benar Kau Gambuh Dia Sahabatku

Penulis Zamroni Allief Billah | Minggu, 22 Agustus 2010 | 21.14.00 |
jangan ambil hati bila kini aku menyampai urai, tentang timur yang kita perdebatkan juga dewi yang sesekali tersenyum indah sekali bukankah pantura telah persatukan cerca menjadi sepakat kata.

kita sepakat bila walau sama berpijak di bumi juga langit yang kita sunggi adalah sejatinya satu : siji. lalu saat dari celah rumah kumuhnya tibatiba dia berkhutbah tentang ka’bah, bila kau tak percaya harap jangan cerca dia sebab disudut kamarnya aku melihat tergelar disana sajadah yang entah aku juga tak tahu buat apa dibentang disana.

Aku intip acap kali duduk bersila komat kamit entah mantra atau doa yang dia baca. Tapi redup wajah dan sorot matanya memberiku jawab bahwa dia sedang berusaha. Menjalani laku dari barangkali yang telah dia ketahui.

Bicaranya pun santun andap mengalun dan asor menuntun sesiapa di sekelilingnya. Dia tersenyum saja saat aku datang kerumahnya. “Duduk kang..” ramah dia mempersilakanku. Lalu dia mengambil keris dari dalam rumahnya. Tanpa peduli aku yang melongo keheranan dia cabut keris itu dari warangka yang masih tampak indah terawat. berbalut suasa bertahtakan manik manik menyiratkan kedalaman rasa dari empu yang telah berhasil menuangkan dalam sebuah benda pusaka.

“keris ini sungguh luar biasa” ucapnya tibatiba. Terhentak aku mendengar ucap dari sahabatku ini namun belum sempat dan hampir saja aku bertanya dia melanjutkan ucapannya. Aku tahu kedatanganmu kesini hendak bertanya padaku soal diriku yang kau anggap berbeda dengan kebanyakan orang bahkan mungkin juga dirimu.

Apa sih yang sesungguhnya kau anggap beda antaraku dengan kebanyakan orang ? tanyanya. Kau sholat aku juga, zakatku puasaku kesemuanya hanya hati kita yang barangkali membedakannya.

Aku masih sering belum bisa merasakan sholatku kecuali sebagai kewajiban, aku iri manakala mengalir candamu bahwa tiap saat kita mesti menghadap dan dalam keseluruhan hati kita mesti nyawiji tapi bagaimana caranya bila dirimu saja kau tak mengenalnya ?

Aku terkejut hampir berdiri tersedak pisang rebus yang dia suguhkan. Dia segera berdiri memukul pundakku dan bilang perlahan “gedang gablok… wis gerang goblok…. huahahaha” dia tertawa lepas seperti gedang gablok yang sempat menyumpal tenggorokanku.

Keris itu adalah benda antik yang sangat eksoteris mengandung nilai seni yang tinggi sungguh luar biasa. dulu dalam sang Empu menempanya tak hanya sekali dua kali tempaan tapi ratusan bahkan hingga ribuan untuk membentuk besi yang tiada harganya hingga menjadi barang yang hebat luar biasa. inipun tak lepas dari prihatin juga laku riyadoh sang empu.

Tak usah banyak menilai dan mereka reka, keris ini memang indah diluarnya tapi juga berawal dari sebuah proses yang panjang. Tentang timur yang sering aku dengar kau perdebatkan tentang barat yang acap kali kau perbincangkan hingga kini apa yang sudah kau dapatkan ?

Sudahlah biar saja ada yang ngrasani aku atau bahkan tentang hatimu yang acapkali menganggapku sebagai teka teki sudah hentikan saja sebab itu semua tiada gunanya.

Jangan lagi bicarakan timur juga barat atau juga tentang taman taman berserta keindahannya apalagi Dewi yang acapkali kau sandingkan dengan Gayatri. Kini saatnya berjalan ini waktunya jangkah jumangkah bukan hanya seolah olah.

Tidak ada komentar:

 

Permainan Tradisional


Permainan Lainnya »

Kembang Boreh


Kembang Lainnya»

Laesan


Laesan Lagi»
..

Misteri

Dolanan

Tradisi

Gurit

Kembang ~ Mayang

Puisi

Cer ~ Kak

Laesan

Gambar Misteri

Artikel Disarankan Teman