Kamis, 14 Mei 2020
PEMBAGIAN TAUHID | Bingungkan Abdul Qadir Jawaz
Konsep Ibnu Taimiyah adalah hasil pikiran yang mempunyai beberapa konsekuensi sangat berat. Konsep ini dikenal dengan pembagian tauhid menjadi tiga macam, yakni rububiyah, uluhiyah dan al-asmâ’ was-shifât. Sebelum era Ibnu Taimiyah, ketiga istilah ini sudah dikenal bukan sebagai istilah yang terintegrasi dalam sebuah konsep berjenjang tentang tauhid, belum masuk dalam pembagian yang bingungkan para pengikutnya. Karena akan berefek, bahwa orang itu bertauhid dalam satu hal, namun bisa musyrik dalam hal yg lain. Contoh ada klaim, seluruh manusia sudah bertauhid rububiyah, namun belum tauhid uluhiyah dan tauhid asma wa sifat. تَوْحِيدُ الرُّبُوبِيَّةِ، كَالْإِقْرَارِ بِأَنَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ، وَأَنَّهُ لَيْسَ لِلْعَالَمِ صَانِعَانِ مُتَكَافِئَانِ فِي الصِّفَاتِ وَالْأَفْعَالِ. Artinya: Allah adalah pencipta sesuatu dan alam semesta tidak mempunyai dua pencipta yang setara dalam sifat dan perbuatannya. Tauhid ini adalah benar tanpa diragukan lagi. Sedangkan tauhid uluhiyah, sebagai jenjang kedua, menurut mereka adalah ajaran untuk menyembah Allah semata, berdoa kepada Allah semata, mencintai Allah semata dan seterusnya. Tauhid jenis ini yang dianggap sebagai misi utama Rasulullah, bukan tauhid rububiyah yang memang sudah diakui. Pengikut pandangan ini, menganggap banyak umat Islam yang belum bertauhid, yang perlu diluruskan. Al-asma’ was-shifat mereka definisikan: توحيد الأسماء والصفات: وهو الإيمان بكل ما ورد في القرآن الكريم والأحاديث النبوية الصحيحة من أسماء الله وصفاته التي وصف بها نفسه أو وَصفه بها رسوله على الحقيقة. Artinya: Tauhid al-Asma’ was-Shifat, yakni beriman pada semua yang ada dalam al-Qur’an yang mulia dan hadits-hadits nabi yang sahih yang terdiri dari nama-nama Allah dan sifat-sifatnya yang disifati sendiri oleh Allah dan Rasul secara hakikat. Dalam kenyataannya para pengikut konsep ini, pada kebingungan pada tataran implementasinya. Akhirnya pakai teori menuduh musyrik para Ulama dan umat Islam yang ditargetkan tidak belajar kepada mereka. Misalnya: وَهَذِهِ الطَّرِيقَةُ هِيَ الْمَعْرُوفَةُ لَهُ وَلِمَنِ اتَّبَعَهُ كَالسُّهْرَوَرْدِيِّ الْمَقْتُولِ وَنَحْوِهِ مِنَ الْفَلَاسِفَةِ، وَأَبِي حَامِدٍa وَالرَّازِيِّ وَالْآمِدِيِّ وَغَيْرِهِمْ مِنْ مُتَأَخِّرِي أَهْلِ الْكَلَامِ، الَّذِينَ noخَلَطُوا الْفَلْسَفَةَ بِالْكَلَامِ....هَذَا مَعَ أَنَّ فِي الْمُتَكَلِّمِينَ مِنْ أَهْلِ الْمِلَلِ مِنَ الِاضْطِرَابِ وَالشَّكِّ فِي أَشْيَاءَ، وَالْخُرُوجِ عَنِ الْحَقِّ فِي مَوَاضِعَ. . Silahkan, Yutube di atas bisa membantu kritisi pembagian tauhid dan dampak kesulitan mengikutinya. #KONSEP #IBNUTAIMIYAH https://youtu.be/JmYaOVSypAM
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar