Sabtu, 25 Juni 2011

Puspa Di Stasiun Kota

Penulis Zamroni Allief Billah | Sabtu, 25 Juni 2011 | 11.39.00 |
Suara lembut itu mengalun membiusku yang terduduk di pojok stasiun. ''Aku Puspa kang,'' katanya mengenalkan diri. Kusambut uluran tangan perempuan itu. Rambutnya yang panjang terurai menutupi pinggulnya namun jelas gambaran di remang purnama bahwa tubuhnya begitu sempurna. Sungguh anugerah terindah di purnama ketiga di stasiun kota.

Bergetar dadaku oleh entah, serupa debur ombak yang tibatiba menghantam karang kelelakianku. Panjang lebar mengurai kisah perjalanan cintanya.

Bagaimana bisa merunut kisah pilu gadis itu, matanya yang sayu terlalu indah untuk kulepaskan dari pandangan sedang gerai rambutnya yang sesekali diusap angin, meruapkan harum bunga kenanga. Semakin berdebar saja jantungku melihat bibirnya yang basah melafalkan kalimat yang begitu lekat.

Seperti berpuisi, aku lebur di keindahan gerak tubuh dan susunan kalimatnya begitu sempurna membuat bibir perempuan itu bagai tarian erotis yang tak berkesudahan. Desahnya serupa gending pengiring saat dia tembangkan kidung lara.

''Kau menyimakku,'' katanya tibatiba.
iya, aku menyimakmu tak ada satu gerak saja dari tarian indahmu malam ini yang terlewatkan olehku.

''Hai! Kau menyimak tidak!'' suara itu begitu keras di telingaku dan menepuk pundakku. Aku tergagap lalu kupandangi lelaki yang menepuk bahuku.

''Ngalamun wae! iki lo acara wis mulai,'' kang mul tersenyum kecut mengejekku... dan Puspa telah hilang entah kemana. Namun harum kenanga dari harum rambutnya masih lekat di dada.

Tidak ada komentar:

 

Permainan Tradisional


Permainan Lainnya »

Kembang Boreh


Kembang Lainnya»

Laesan


Laesan Lagi»
..

Misteri

Dolanan

Tradisi

Gurit

Kembang ~ Mayang

Puisi

Cer ~ Kak

Laesan

Gambar Misteri

Artikel Disarankan Teman