ku susuri pantura dg tergesa
ku apit kau dibelakang roda roda manja
sesekali kutoleh kau jangan jangan...
ternyata kau masih memeluk erat tubuhku dengan sesungging senyum
hangatkan dadaku yg sesak tak berirama.
ah... sampai juga kita diperaduan rasa
satu persatu seiring irama jantung yg terpacu kata: kita tanggalkan baju penutup kemunafikan.
mungil tubuhmu kini bicara apa adanya.
tak adalagi walau sehelai benang yang tutupi jujur kita.
air mata mengurai menjadi benang benang sutra yang hangatkan kita
yang menggigil dalam pinta
berharap esok tak pernah ada.
sebab malam inilah milik kita
dan bila subuh menjelang maka berarti genderang tlah ditabuh
dan kita mesti kembali
menyusuri sungai sungai airmata
yang tak pernah tahu kemanakah bermuara ?
dentang jam membisik bahwa pagi tlah menjelang datang
seiring kita yg lelap menyatu dalam kata
hanyut bersama tetes air mata yg tak terhentikan
lalu roda roda menuntun kita pada kasunyatan
bahwa malam tlah tinggalkan kita
disisa pagi yg masih menempel terasa
sebab kita belum benar benar rela
aku memintamu memelukku sepanjang jalan menuju kenyataan
Dalam peluk eratmu
sejenak kita hentikan langkah berbaur dengan gelombang
mengumbar segumpal cinta barangkali larung bersama ombak...
Makin erat saja kau menempel dlm pelukku
biarkan nyawa melayang dan hanyut terbawa gelombang
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar