Pada kawan dekatku, Ken Ryas aku menitip ucap:
Maafkan aku wahai guru ngaji dikampungku bukan tak manut fatwamu, tetapi sungguh aku merasa “Tuhan kehabisan kisah”.
Tentang cinta lihatlah mulai dari kisah Romeo – Juliet, Qois – Laila atau sejenak liriklah Ratu Kalinyamat melarungkan cintanya dalam samudera dendam hingga Suminten Edan yang melegenda.
Simaklah alur ceritanya, pedih dan nelangsanya hingga mistis dan cintanya bukankah antara mereka dan kita tidak ada beda ?
Lalu apa yang memberatkanmu untuk melangkah dan selesaikan cerita cintamu ? kalau kau sebagai pecundang maka berkacalah Rahawana yang rela korbankan harga diri dan kerajaannya demi gadis pujaan.
Atau benarkah cintamu selayak Sinta yang lolos lewati cincin uji kekasih hati dan pilih membakar diri dalam kobaran amarah juga praduga. Maka bila cinta benarlah suci manalah ego menghabisi.
Jadilah Sinta atau Ibrahim kukuh bertahan meniti uji.
tak lah gentar dibakar ambisi.
Tinggal kemauanmu menentukan jalan mana yang kau pilih sebab kisah kita dan mereka, tentang pedih dan luka, penghianatan dan setia, obsesi dan solusi kesemuanya tlah terpatri dalam sederhana tarikh cinta.
Tuhan kehabisan kisah
Lihat dirimu yang hampir saja membakar diri dalam diam sebab ngilu cintamu tak kunjung akhir. bertingkah mendewa bagai tahu segala
menggenggam dunia dalam kata tak lebih sekedar pemanis bibir neraka
mengumpat macam manusia
melenggang bagai tanpa dosa
tersungkur layu memuja rindu menyerah kalah dalam serapah, langit layu menelisik rintik.
hujan sore pun datang tanpa mendung
kau terkapar binasa hancur berkeping lusuh campuh campak beriak berontak.
Andai Tuhan tak sederhanakan kisah
Selasa, 06 Juli 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar