Minggu, 08 April 2012
Hantu Wajah Rata Kembali Menggoda
Penulis Zamroni Allief Billah | Minggu, 08 April 2012 | 12.32.00 |
Location:Gandrirojo, Sedan, Indonesia
Dingin malam pantai Sluke menyusup hingga ke tulang-tulang. Gasulin, lelaki dengan rambut sepinggang itu masih asyik dengan rokoknya. Menikmati menit terakhir di rumah orang tuanya di Desa Jatisari Sluke. Musim kemarau membuat angin yang berhenmbus serasa makin kering saat mengelus kulit.
Jam 9 lewat namun dia masih enggan pulang. Hatinya masih kalut sehingga membuatnya masih ingin bertahan di tanah kelahirannya. Namun dia harus segera kembali ke rumahnya di Desa Gading Kecamatan Sale Kabupaten Rembang. Pekerjaan esok hari di tambang membuatnya harus segera pulang untuk persiapkan diri untuk esok hari.
Akhirnya walau ragu dia paksakan untuk segera kembali ke Sale. Melintasi malam yang kering menyusuri jalan panjang pantura. Pertigaan Desa Pandangan motor bututnya dia genjot perlahan ke selatan. Membuang sisa galau di hatinya Gasulin memandang tetumbuhan di sepanjang sawah sepanjang perjalanan.
Purnama membuat hatinya sedikit terhibur, menikmati karya sang pencipta. Melintasi jembatan Nganguk tiba-tiba hatinya galau. Bulu kuduknya tiba-tiba berdiri tanpa tahu apa sebab. Gundukan batu koral di pinggir jalan membuatnya melambatkan laju motor. Sebuah bayangan tampak di balik gundukan batu pembangunan jalan tersebut.
Dia mengira ada orang yang tadi terjatuh saat menabrak gundukan tersebut. Lalu dia hampiri sesosok yang tertunduk di samping gundukan batu koral itu. Rambutnya hitam terurai. Namun dia belum bisa pastikan apakah dia seorang lelaki atau perempuan. Perlahan dia sentuh bahu orang di hadapannya sembari bertanya.
"Ada apa lek... jenengan jatuh ta?" gasulin berusaha menyapa. Lalu sesosok itu perlahan menoleh kepada Gasulin yang berada persis di hadapnya. Wajah mereka berpandangan dan sangat dekat sekali. Lelaki asli Sluke ini tersentak melihat wajah yang hanya beberapa senti di hadapnya. Muka rata dari dahi hingga janggut. Tak ada mata hidung dan mulut. Semuanya rata seperti papan. Hanya sebagian wajahnya saja yang tertutup rambut panjang tersebut.
Gasulin hampir terjengkang kaget melihat makhluk di hadapannya tersebut. Suasana jalan sepi, tak ada satupun kendaraan yang melintas. Mau berteriak tak ada desa terdekat yang akan mendengarkan suaranya. Hanya pepohonan diterpa angin yang seolah mentertawakan lelaki gagu itu.
Gasulin berusaha mengembalikan kesadarannya. Matanya dia pejamkan dan menarik nafas panjang berharap makhluk di hadapannya hanya ilusi semata. Setelah membuka mata makhluk itu ia ingin sudak tak ada lagi. Semua doa yang ia bisa dilafalkan semua. Lalu perlahan dia buka matanya. Ternyata makhluk itu masih tetap di hadapannya. Tanpa bergeser sedikitpun.
Lalu perlahan dia mundur, berbalik menghampiri motornya yang diparkir. Kakinya terasa berat namun berusaha dia kuatkan agar tidak pingsan di gundukan batu koral itu. Tanpa menoleh lagi dia geber motor tersebut menuju ke Sale, rumahnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar