Misteri Rembang-Hantu Pitik Klawu
Sebuah cerita dari Kang Minan, salah satu santri sepuh di Pesantren Bicharul Muta'allimin Sedan. Santri yang terkenal pandai memasak itu kini telah menjadi Ustadz di Desa Gandu, Bogorejo Kabupaten Blora. Berbekal ilmu yang diperolehnya di pesantren, Ustadz Minan mengajar di masjid Gandu dan Majlis ta'lim di desa setempat juga desa-desa di sekitarnya.
Rumah yang dia tinggali tak pernah sepi dari kegiatan pengajian. Setelah subuh, sebelum anak-anak berangkat sekolah terlebih dahulu mengaji Alqur'an. Siang sepulang sekolah pengajian kitab kuning dilanjutkan
Malam hari kegiatan pengajian dengan orang tua setempat.
Malam hari para santri ada puluhan yang sengaja bermalam di rumah sang Ustadz. Menjadi tempat berkumpulnya santri-santri rumah ustadz Minan selalu ramai dan penuh canda tawa. Apalagi bila ada yang sedang menjalani pengobatan alternatif maka semakin dipenuhi dengan obrolan-obrolan hingga tengah malam. Karena mertua ustadz Minan yang tinggal satu rumah dengan tempat pengajian itu adalah orang pintar. Sering dimintai bantuan tetangga bahkan luar Jawa.
Sore itu saat mengisi perut setelah pengajian, Ustadz Minan dikagetkan oleh ayam kecil yang selalu berputar-putar mengelilinginya. "Saya usir dia, tetap tidak mau. Berputar-putar ngglibet di kaki saya," katanya.
Entah ayam siapa, bahkan tetangga tidak ada satupun yang merasa kehilangan anak ayam.
Malam hari, seperti biasa anak-anak bermalam di rumah Ustadz. Yang sedikit aneh kali ini, baru sekitar jam sembilan mereka sudah terlelap. Kecuali Rudi yang matanya susah terpejam hingga tengah malam.
Mendengar pintu dibuka, Rudi mengira ada santri lain yang baru datang dari rumah hendak ikut bermalam. Rudi pura-pura tidur sembari mengintip siapa yang datang. Dengan celana putih selutut dan hem abu-abu Rudi menebak bahwa yang datang adalah Komsun teman sekelasnya. Untuk meyakinkan siapa sesungguhnya lelaki di depannya itu diliriklah sandal bocah itu. Sebab kebetulan sandal Komsun dan Rudi sama persis.
Betapa kagetnya Rudi saat mengintip bocah di hadapannya kakinya mengawang tidak menyentuh tanah. Rudi akhirnya berpura tidur tak jadi menyapa bocah lelaki yang baru saja datang itu.
Baru pagi hari setelah pengajian subuh selesai Rudi bercerita tentang kejadian semalam kepada Komsun dan kawan-kawannya yang lain. Ustadz Minan hanya tersenyum saja sembari membatin "Dasar bocah penakut. Sukanya berhayal saja,"
Komsun, mendengar cerita sahabatnya dengan seksama. "Kalau begitu tak hanya kau Rud," katanya. Semalam sekitar jam sembilan aku berjalan kaki dari rumah. Sesampai di belakang rumah ustadz, ada seekor ayam kecil. Aku kira ayam ustadz yang tersesat. Saat kuhampiri dan hendak kuambil tiba-tiba ayam tersebut berubah menjadi sebesar kerbau. Lalu aku berlari pulang tidak berani ke rumah Ustad.
Merasa risi dengan kehadiran ayam kecil itu, Ustadz Minan sore hari menjelang maghrib menggiring anak ayam tersebut ke kandang sebelah rumah. Kebetulan di dalam kandang ada kurungan bekas sangkar burung. Lalu ayam itu dimasukkan kedalam sangkar dan dikuncinya rapat-rapat. Demikian juga pintu kandang dan gerbang depan.
Lalu ustadz Minan berselonjor kaki bersantai menanti waktu magrib tiba. Betapa kagetnya dia saat kakinya seperti ada yang mengelus. Jadi teringat cerita Rudi soal hantu semalam. Pelan-pelan dia intip makhluk apakah yang mengelus kakinya.
Ustadz Minan terperanjat bukan kepalang saat melihat seekor anak ayam mengitari kakinya. "Bagaimana bisa, sedang ayam itu saya taruh di kurungan dan di dalam kandang yang ternci," katanya.
Penasaran, ustadz Minan langsung menuju ke kandang. Benar saja bahwa anak ayam sudah tidak berada di sana. Namun anehnya semua masih rapat terkunci. Lalu dia kembali ke dalam rumah mencari ayam kecil tersebut.
Kosong, tak ada apapun di rumah itu. Sayup-sayup adzan maghrib bermandang dari kampung sebelah. Ayam itu tak pernah kembali lagi dan tak pernah diceritakan pada siapapun apalagi santrinya.
"Saya tidak ingin mereka malah justru menjadi ketakutan karenanya. Hal ghaib, termasuk jin adalah benar adanya. Namun hanya kepada Allah saja kIta layak takut dan percaya," katanya. <Zam Billah>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar