Kubaca ayat cintamu yang lusuh tak terbasuh melihatmu antara tumpukan bayang dan kenang, tak lagi kini kau memanjakanku dengan rayu rindu.
Dadaku belum lagi pecah membuncah kerikil ini telah sesak membatu hingga tiada lagi tersisa celah buat telanjangi hati. Lalu kemanakah melangkah untuk lagi mendapati cintamu ? sedang rasaku tercecer saru.
Kubuka lagi qurasan kitab kuning yang mulai buram berubah warna, bolong bolong disantap ngengat. Lembar demi lembar kuteliti barangkali tersembunyi rinduku yang tercuri pagi
Menghibur diri senandungkan bahr Thowil dalam bait yang hampir tak terbaca sebab huruf dan debu telah menyatu membatu. Syair – syair cinta kini menjadi mantera menindas kalimat dalam bait baitnya
Kembali belalakkan mata rajam malam lahap gulita merapal mantera simpuh bersila meski tanpa dupa menahan goda. Biarkan usus melilit jiwa yang uwal dari pakemnya
Selasa, 06 Juli 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar