Banyak yang menyebutkan bahwa makanan satu ini adalah makanan para putri di kedaton. Bentuknya yang hampir bulat menyerupai manggis kulitnya berwarna coklat manis rasanya.
Tergolong buah musiman dan hampir selalu, dulu, di setiap bulan puasa tak pernah absen menikmati buah ini. Kenikmatan yang kini hanya tersisa cerita belaka.
Di barat desa Bitingan, di Gunung Butak kita beramai mengambilnya. Tidak hanya yang sudah siap santap saja tetapi Ketumpel yang suda nyadham (tua) kita ambil juga sebab beberapa hari ke depan akan menyusul masak juga.
Kini, hanya sepenggal kisah yang masih bisa dibagi. Tentang perjalanan melewati pematang naik turun perbukitan hingga menuju ke puncak. Serta manisnya berbagi ketumpel untuk tetangga yang tidak ikut naik memanjat.
Ketumpel, kelak siapa lagi yang akan berkisah bahwa dia pernah ada dan kini tiada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar