Syair terlahir
dari ceceran biji duka
di beranda Indonesia
"Satu Nusa Satu Bangsa"
di tiap pagi yang kita nyanyikan
dalam senandung lirih
: harapan
antara ragu
kita tetap berjalan
dalam guyuran hujan
badai-kilat-halilintar
tak henti menyambar
tetesan air mata yang belum sempat mengkristal
menjadi bijibiji cahaya
menuntun kata
yang lelap dari taqdirnya
kita tetap bernyanyi
mengusir ngeri
antara aku kau dan
syair yang akan lahir
Rembang, 28 Desember 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar