Jagad Misteri
Muasal pemilik seperangkat gamelan yang akhirnya disebut Gong Rondo adalah seorang keturunan cina Jatirogo Kecamatan Tuban. Kini siapapun yang memiliki gong tersebut maka akan menjadi seorang janda. Oleh karenanya dikenal dengan sebutan Gong Rondo.
Telah beberapa kali gong itu berpindah tangan dari satu pemilik ke pemilik yang lain. Namun kejadian itu selalu berulang seperti telah menjadi pembawa petaka bagi pemiliknya. Pemilik laki-laki akhirnya meninggal sehingga si perempuan hidup menjanda ditinggal mati sang suami.
Kejadian tersebut telah terjadi berulang seiring bergantinya pemilik. Sehingga sangat populer dengan sebutan Gong Rondho. Karena siapapun pemiliknya akan menjadi seorang janda.
Pranoto (73), saksi sejarah dari kisah tragis ini menceritakan tentang kehebatan gong milik Koh Sekling tersebut. Sehingga Royudo salah seorang Kepala Desa yang cukup kaya saat itu berniat memiliki gong itu.
Lelaki sepuh asal Desa Tengger Kecamatan Sale ini mengaku takjub dengan kumandang gong tersebut. Dia sendiri yang telah ahli dalam gong belum pernah menyaksikan ada gong yang memiliki suara seindah gong tersebut.
"Namun sepertinya gong itu bukan gong biasa. Tetapi gong yang telah disepekke (dibawa ke tempat keramat). Sehingga suaranya begitu luar biasa. Seolah gong itu adalah seperangkat gamelan dari kayangan," ucapnya.
Saat dibeli oleh Lurah Royudo, seperangkat gong itu diangkut dengan menggunakan dokar. Kecuali kenong manis yang membawanya harus dengan digendong. Akhirnya Lurah Royudo menggendong kenong manis itu dan berposisi di rombongan dokar terdepan.
"Kenong manis itulah yang sepertinya menjadi sumber kehebatan seperangkat gamelan itu. Sehingga meminta perlakuan khusus dari sang pemilik. Khabarnya kenong manis itu juga tidak mau ditempatkan bersama gong-gong yang lain. Dibungkus kain putih ditempatkan di kamar khusus," lanjutnya.
Naasnya ketika seperangkat Gong itu sepeninggal Ki Lurah Royudo dijual oleh ahli warisnya. Sedang Kenong manis yang dikeramatkan itu tidak disertakan. Sehingga kisah demi kisah mengiringkan pergantian pemilik gong tersebut. Membawa kematian pemilik lelaki dan menjadikan pemiliknya seorang janda.
"Mungkin kenong yang tidak disertakan itu adalah sebagai sang perempuan sedang seperangkat gong yang lain adalah perwakilan dari laki-laki. Makanya seperangkat itu melengkapkan kenong manis yang tiada dengan pemilik perempuan. Jadilah sebutan Gong Randha untuk gong tersebut hingga kini," tutur Pranoto pungkasi kisah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar